Chapter19

431 25 1
                                    

| Aku Bodoh Karena Dulu Pernah Menyerah |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

"Ke ruangan saya sekarang."

Tut tut

Bisa kulihat sorot mata kecewa dari Pak Yudi, aku tau dia pasti kecewa. Hari ini akan kubuktikan penilaian Pak Yudi salah, akan ku selesaikan masalah ini sebelum aku pulang ke Jakarta. Ini lah misi penting yang harus ku selesaikan, misi yang ku bilang pada Anara tadi pagi.

Tok tok

Seseorang langsung masuk tak lama setelah pintu di ketuk, aku tersenyum melihat ekpresinya, dia terlihat terkejut.

"Duduk," Pak Yudi memintanya duduk dan tentu saja dia menurut duduk disebrangku. Aku terus menatapnya, aku tidak pernah main-main dengan perkataanku.

"Ada apa ya Pak?"

"Kamu saya hapus dari daftar calon menantu, itu saja yang ingin saya beritahukan."

"Ke-kenapa Pak?"

Dasar! Dia pura-pura tak tahu, padahal sudah jelas. Harusnya keberadaanku sudah bisa dia pahami disini.

"Saya yakin anda sudah tau alasannya, silahkan keluar."

"Sa-saya tidak mengerti Pak, sa—" Riza membulatkan matanya, aku yakin dia kaget saat Pak Yudi menyodorkan ponselku dengan foto dirinya sedang bersama perempuan lain. Padahal dia sudah berjanji akan menunggu Anara dan akan setia tapi sepertinya menepati janji bagi orang sepertinya mustahil.

Tadi pagi aku dan Riza memang sempat bertemu, tepat nya saat aku membeli pakaian tadi, bisa kulihat dengan jelas Riza tengah belanja dengan perempuan yang kuyakini adalah kekasihnya, mereka terlihat sangat mesra.

Saat kupastikan dan kudekati Riza terlihat sangat terkejut, kuberanikan diri bertanya pada perempuan itu dan benar saja dia adalah kekasihnya. Sudah 1 tahun mereka menjalani hubungan itu yang artinya Riza sudah membohongi Pak Yudi selama ini.

"Bisa saya jelaskan Pak,"

"Silahkan keluar, saya memanggil kamu untuk mendengarkan bukan untuk berbicara."

Dasar muka dua!

***

Mengingat bagaimana ekspresi Riza tadi membuatku tersenyum sendiri, padahal dia sendiri yang menantang untuk memberitahu Pak Yudi. Dia tidak tahu saja, aku tidak pernah main-main dengan perkataanku.

So-soan menyuruhku untuk menjauhi Anara tapi padahal dia yang harus nya menjauhi Anara. Aku tidak suka jika dia mendekati Anara, untungnya Anara tidak menyukai dia, malah sepertinya Anara juga benci padanya bisa ku lihat cara bicara Anara dan mengaku bahwa aku adalah pacarnya saat bertemu dia dirumah sakit waktu itu.

Soal Riza, Pak Yudi tidak pernah menyatukan masalah pribadi ke dalam pekerjaan, Riza masih bekerja di rumah sakit dan Pak Yudi juga tidak ada dendam padanya, baguslah.

Drrt drtt

Ku rogoh saku celanaku dan langsung kuambil ponselku, Rendi menelponku. Tadi memang aku menelpon Rendi tapi dia tidak mengangkatnya, mungkin sedang sibuk.

"Halo Dan?"

"Halo Ren?"

"Sorry, tadi gue lagi ada kelas. Ada apaan? Oh iya,kapan lo pulang?"

"Besok gue pulang, emh ... Gue cuma lagi butuh pencerahan Ren. Papinya Anara udah setuju kalo gue sama Anar—"

"Ya baguslah Ardan! Kalo gitu lo gak butuh pencerahan apa-apa lagi, lo udah direstuin. Jadi, kapan nikahnya?"

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang