Jangan lupa tinggalin jejaknya ya, vote sebelum baca:)
| Berjanjilah Untuk Tetap Selalu Di Sampingku Apapun Yang Terjadi |
〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️
"Kamu udah disini Ra."
Kak Arkan datang dengan senyuman diwajahnya, baru kali ini aku sebal melihat senyuman yang Kak Arkan beri karena senyuman itu hanyalah senyuman palsu.
"Eh nak Arkan, sini nak." Ajak Mami, aku masih terus melihat gerak gerik Kak Arkan dengan tatapan dingin.
"Ini brownis nya, Tante." Kak Arkan meletakan paperbag yang dia bawa tadi kemudian mendekat ke arahku dan Mami, posisiku masih sama seperti tadi, berbaring di samping Mami di atas tempat tidur pasien.
"Ya ampun jadi ngerepotin, maaf ya soalnya Mami tiba-tiba pengen brownis." Jelas Mami terlihat tidak enak, Kak Arkan menggeleng.
"Gak usah gak enakan gitu sama Arkan, anggap aja Arkan ini anak Tante." Mami tersenyum mendengarnya sedangkan aku hanya cuek saja. Malas rasanya mendengar basa-basi yang dikatakan Kak Arkan. "Eh bentar, kok Kakak baru nyadar kamu tidur disini Ra?" tanyanya so asik.
"Gak tau, ini anak tiba-tiba jadi manja." Jawab mamah. Aku sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan Kak Arkan yang kutau hanya sekedar basa-basi saja.
"Anara." Panggil Papi yang baru saja membuka pintu membuat aku, Mami dan Kak Arkan menengok ke arah pintu. Awalnya ekspresi wajah Kak Arkan biasa-biasa saja tapi setelah melihat orang yang berjalan dibelakang Papi, ekspresinya berubah menjadi kaget. Permainan dimulai. "Kamu ngapain diatas sana?"
"Gak ngapa-ngapain Pih, pengen tidur sambil meluk Mami aja." Jawabku dengan cengiran tak berdosa. Aku tau jika Papi sudah bekerja sama dengan Ardan.
Kak Arkan masih mematung ditempat melihat Ardan yang tengah tersenyum kepadanya, dia pasti sangat gugup bisa kulihat dari wajahnya yang mendadak berubah menjadi sedikit pucat. Dasar pembohong! Dia bilang Ardan sudah pulang ke Jakrarta.
"Bawa apa?" tanyaku melihat Ardan menjingjing paperbag ditangannya. Aku turun dari ranjang kemudian mendekat kea rah Ardan tanpa mengenakan sepatu terlebih dulu.
"Ya ampun Ra, lantainya kotor." Ujar Ardan yang tak ku hiraukan. Papi dan Mami hanya geleng-geleng kepala melihat prilakuku.
"Ardan? Kamu bukannya ud-"
"Ardan bawain brownis kesukaan Mami sesuai janji Ardan, Ardan juga bawain Mie Ayam buat Anara." Potong Ardan menghiraukan Kak Arkan yang masih terkejut ditempatnya. Aku senang karena Ardan membelikanku mie ayam.
"Buat Mami sama Anara aja nih? Buat Papi apa dong?" tanya Papi becanda, Ardan Nampak mengeluarkan sesuatu dalam sakunya. Kami berempat berinteraksi seolah-olah tidak ada Kak Arkan. Mami juga langsung membuka dan memakan brownis yang Ardan bawa padahal Kak Arkan juga membawanya tadi.
Berbeda dengan Mami yang tengah asik dengan brownisnya, aku, Papi dan Kak Arkan masih memperhatikan Ardan, entah apa yang akan dia keluarkan dari sakunya yang katanya untuk Papi.
"Ini," Aku tertawa melihat ekspresi datar Papi saat Ardan ternyata tidak mengeluarkan apa-apa dari sakunya dan hanya membentuk jari telunjuk dan jempolnya menyilang tanda love sambil tersenyum tak berdosa. "Maaf, Ardan gak beliin apa-apa soalnya Ardan gak tau apa yang Papi suka."
"Tunggu," Atensi kami beralih pada Kak Arkan sekarang. "Ardan, bukannya kamu bilang udah pulang ke Jakarta tadi? Dan Anara, kalian udah baikan?"
Aku dan Ardan saling memandang sebentar kemudian tersenyum menatap Kak Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love is My Secretary
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Dia gadis SMA yang sempat menolak cintaku dulu, lihat sekarang! Dia bahkan datang kepadaku dengan sendirinya, takdir memang adil ya?" Ardan Cakra Mahendra, CEO muda yang dulunya seorang cowok cupu yang dicampakan oleh seoran...