Chapter20

504 23 3
                                    

| Tangismu Adalah Kelemahanku |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Aku dan Pak Ardan tiba di Jakarta sekitar pukul 9 pagi, tadi sebelum mengantarku ke apartemen Pak Ardan mengajakku pergi ke restoran untuk sarapan karena di Surabaya kami tak sempat sarapan.

Meninggalkan rumah secara terang-terangan ternyata sangat sulit dibandingkan kabur seperti dulu. Tadi Papi dan Mami juga sempat mengantarkan kami ke bandara, mereka bahkan mengatakan ikhlas jika aku pergi. Ayolah kenapa tiba-tiba mereka seperti itu? Seharusnya mereka mencegahku untuk pergi supaya kontrak kerjaku dengan Pak Ardan bisa dibatalkan.

"Anara!"

Aku menoleh ke arah Zilya yang tengah menuruni tangga, aku sampai lupa. Dia pasti heran karena aku tidak ada di apartemen selama 4 hari.

Zilya menghampiriku, ada yang aneh dengan raut wajahnya. Biasanya tidak seperti ini, dia terlihat sedang sedih, kantung matanya juga terlihat. Apa dia kurang tidur?

"Kamu dari mana?"

"Aku baru pulang dari Surabaya, ada urusan mendadak." Zilya mengangguk lemah, ada apa dengannya?

"Kenapa? Kelihatannya sedih, Keano mana? Aku kangen sama dia," ujarku semangat, aku rindu dengan ucapan cadelnya Keano.

"Keano bersama dengan pamannya," aku mengangguk mengerti, sedikit kecewa juga rasanya.

"Oh iya, apa ada yang akan pindah? Dibawah ada mobil pengangkut barang, siapa yang pindah?"

"Aku, Keano dam Suamiku akan pindah Anara, ibuku meninggal dan kami akan menempati rumahnya."

Hah?! Meninggal?

Zilya sempat menitikan air mata tapi dengan cepat dia tepis, jadi itu alasan kantung matanya terlihat, dia pasti terus menangis. Sedih juga rasanya, tak terbayang bagaimana rasanya aku ditinggalkan Mami. Aku memeluk Zilya berusaha memberikannya kekuatan, aku mengerti posisinya, dia pasti sangat sedih.

"Aku turut berduka Zil, maaf tidak bisa datang."

"Tidak papa, terima kasih Anara." Zilya melepaskan pelukannya.

"Lain waktu main ya nanti ku kirimkan alamatnya," aku mengangguk, melihatnya berusaha tersenyum membuatku iba. Pasti sangat sulit untuknya.

Walaupun dia tetangga tak ada akhlak tapi tetap saja ketika dia pindah pasti terasa ada yang kosong saat aku pulang kerja. Biasanya aku selalu mendengar tangisan Keano ataupun teriakan Zilya ketika pulang tapi sekarang tidak lagi. Aku akan merindukan mereka, apalagi hanya mereka yang lumayan akrab denganku di apartemen ini.

Kepergian seseorang sungguh selalu membuat kita tersadar apa arti dia sebenarnya untuk kita. Aku mengerti karena aku pernah mengalaminya.

***

Sore ini aku disibukan dengan belanja di luar, mulai dari bahan makanan, baju, sepatu, dan lainnya. Kenapa? Karena aku baru saja gajian. Pak Ardan menyuruhku memeriksa rekening satu jam yang lalu dan boom! 30 juta sudah masuk ke dalam rekeningku. Aku senang bukan main.

Lippo Mall Kemang yang masih satu bagian dari Kemvil atau Kemang Village adalah salah satu Mall terkenal disini, setiap harinya tidak pernah ada yang namanya sepi disini. Banyak pengunjung berkeliaran kesana kemari disini, gedung Mall ini juga bagus dan besar.

Ku putuskan untuk jalan-jalan sebentar di Mall ini, sayangnya aku tidak ada teman. Jika ada aku pasti akan mengajaknya belanja dan menemaniku.

Aku berjalan sambil mengedarkan pandangan ke seisi Mall dilantai 2, biarlah belanja kebutuhan urusan belakangan. Sekarang aku ingin pergi melihat-lihat Mall dan makan terlebih dahulu. Sepertinya makan yang pedas-pedas enak, aku akan mencari makanan pedas disini.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang