Chapter22

424 25 4
                                    

| Kau Adalah Tempat Ternyaman Untuk Hatiku |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

Taksi yang ku naiki berhenti tepat di depan gerbang rumah, setelah keluar aku langsung melangkah masuk melalui gerbang, beberapa pakaian yang kubeli memang sengaja tidak ku bawa pulang, aku tinggalkan di Surabaya. Siapa tahu aku akan kembali kesana bukan? Apalagi setelah mendengar cerita Kak Aya kemarin aku semakin bersemangat untuk memperjuangkan cintaku.

Keadaan rumah tampak sepi, aneh. Biasanya selalu ada Mama yang sedang menonton televisi atau Papa yang tengah bersantai di belakang. Tapi mereka tidak ada, kemana mereka? Ah ntahlah, apa mereka pergi keluar?

Langkahku tiba-tiba terhenti saat mendengar samar-samar isak tangis dari kamar Kak Arkan, siapa?

"Dia sudah mempermalukan nama keluarga kita Ma, dia sudah mencoreng nama baik perusahaan. Apa Mama masih belum mengerti?!"

"Mama ngerti Pah, tapi setidaknya maafkan dia untuk kali ini saja. Arkan juga putra kita Pah, dia calon penerus CD Group hiks ... "

"Papa tidak habis pikir, Mama lebih memikirkan anak kurang ngajar itu dari pada Ardan yang ada di hadapan Mama? Lihat dia, dia juga anak kita. Kenapa Mama selalu terlihat lebih menyayangi Arkan daripada Ardan?! Ardan lebih baik dari anak kurang ngajar itu!"

Hiks ... Hiks ...

"Keputusan Papa sudah bulat, CD Group akan Papa berikan pada Ardan, tidak ada lagi yang mesti di perdebatkan. Papa tidak mungkin menyerahkan perusahaan pada anak kurang ngajar itu, tidak akan."

"Tapi dia anak pertama kita Pah, dia anak sulung keluarga kita. Sudah sepantasnya dia yang mengambil alih CD Group, bukan Ardan. Harusnya Arkan hiks ... "

Aku tidak tau apa yang terjadi dengan hatiku, tapi entah kenapa tiba-tiba terasa seperti tertanjap sesuatu yang tajam. Sesayang itu kah Mama dengan Kak Arkan? Sampai-sampai Mama selalu membela Kak Arkan, sejak kecil pun aku selalu mengalah, Kak Arkan selalu bermain bersama Mama sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktuku di dalam kamar. Kenapa seperti ini? Aku juga anaknya.

Air mata sudah tak bisa lagi kubendung, ia menetes begitu saja walaupun sudah berusaha ku tahan. Ingin rasanya aku menutup telinga tapi entah kenapa semakin aku menutup telinga rasanya semakin terdengar jelas saat Mama lebih membela Kak Arkan dibanding denganku.

Aku tidak ingin menjadi penerus perusahaan, aku hanya ingin kasih sayang Mama.

"Ardan jauh lebih baik dari pada Arkan Mah, dia lebih bisa memimpin perusahaan."

"Ardan bukan anak kita Pah... Hiks ... Dia ... bukan, anak kandung kita ... "

Duarr!

Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong, mendengar perkataan Mama barusan membuatku terasa mati rasa. Kaki ku rasanya lemas, mulutku terasa kelu dan mataku terus saja mengeluarkan air mata tanpa bisa ku tahan. Jadi ini alasan semuanya? Alasan kenapa Mama lebih sayang pada Kak Arkan? Karena ... Aku, bukan, anaknya?

"Lebih baik aku memiliki anak seperti Ardan dibandingkan Arkan, anak itu sudah mempermalukan keluarga kita. Mama tau? Sampai sekarang banyak teman Papa yang masih menyindir soal Arkan. Papa malu punya anak seperti Arkan, Papa lebih memilih Ardan daripada Arkan. Walau dia bukan anak kandung kita, dia sudah Papa anggap sebagai anak sendiri, bahkan Papa lebih menyayangi Ardan daripada Arkan."

Brakk!

Suara vas bunga pecah yang terjatuh karena tak sengaja ku senggol memenuhi lantai atas dan menutupi kesunyian dalam sekejap. Bisa kudengar langkah kaki mulai mendekat, ingin rasanya aku lari dari tempatku sekarang tapi kakiku terasa mati rasa dan malah terhuyung ke bawah.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang