| Aku Ikut Merasakan Sakit Saat Dirimu Sakit |
〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️
Ardan Pov
Perjalanan yang seharusnya ku tempuh dalam waktu 30 menit harus berlangsung lebih lama karena kemacetan, di hari biasa saja kemacetan sudah tidak dapat di netralisir apalagi saat hari libur seperti hari ini.
Tadi malam Kak Arkan menelpon, dia bilang Mama rindu padaku, entah benar atau tidak yang jelas aku merasa senang saat mendengar Mama ingin bertemu denganku, selalunya yang beliau tanyakan selalu saja Kak Arkan. Apa aku harus pergi dulu agar Mama menanyakan dan merindukanku?
Apalagi saat tadi pagi Papa juga menyuruhku agar datang, dia bilang keadaan harus seperti dulu lagi karena Papa sudah memenuhi keinginanku untuk bertukar posisi dengan Kak Arkan. Sekarang tidak ada lagi alasan untukku menjauhi keluargaku, aku yakin lambat laun Papa pasti merubah keputusannya dan menyerahkan CD Group pada Kak Arkan. Jadi sudah sepatutnya aku bersikap seperti dulu seperti perkataan Papa, aku juga merindukan kehangatan belaian Mama di kepalaku.
Sesampainya di rumah yang sudah hampir satu minggu ini ku tinggal, aku langsung melangkah masuk. Aroma masakan yang sudah ku kenal menyeruak memenuhi ruang tengah, Mama sepertinya tengah memasak di dapur.
Seulas senyuman terbit di bibir Papa saat melihatku berdiri di ruang tengah, Papa kembali melangkah menuruni tangga lebih cepat kemudian memelukku erat yang tentu saja ku balas lebih erat.
"Apa kabar Nak?"
"Ardan baik, Papa gimana? Masih insomnia?" tanyaku seusai melepaskan pelukan.
"Ya begitu lah." Aku mengubah ekspresiku menjadi datar, Papa selalu menyepelekan sesuatu yang menurutku berdampak luar biasa pada kesehatannya, aku jadi berfikir apa sebaiknya Papa ku kirim ke keluarga Anara saja agar gaya hidupnya lebih sehat?
"Ardan bilang berhenti minum kopi malam hari, Ardan mohon."
"Iya-iya, Papa usahain. Kamu tuh ya, Papa berenti ngerokok juga atas permintaan kamu dan sekarang kamu juga minta Papa berenti minum kopi? Dasar!"
"Ini juga demi kesehatan Papa."
"Iya-iya, bawel! Sana temui Mamamu di dapur, dari kemarin bawel minta kamu dateng." Aku hanya diam, rasanya masih canggung untuk bersikap biasa saja pada Mama sekarang. "Kamu udah janji Dan, keadaan rumah harus kayak dulu lagi, Papa udah ijinin kamu tinggal sendiri."
"Hufh ... Ok Pah, Ardan samperin Mama dulu ya?" Papa mengangguk dan detik berikutnya aku sudah melangkah pergi menuju dapur.
Wanita tua yang masih sangat cantik di mataku itu terlihat tengah sibuk dengan peralatan dapur, aku menempelkan telunjuk di bibir saat Bi Inah menoleh, memberinya kode agar diam tidak memberitahu Mama yang sedang fokus memasak, Bi Inah tersenyum kemudian mengangguk dan pergi.
Melihat Mama sefokus itu ketika sedang memasak membuatku teringat saat dulu, pernah aku dan Kak Arkan mengagetkan Mama saat Mama tengah memasak. Setelahnya kami di beri petuah oleh Papa agar tidak lagi mengagetkan orang seperti itu, untung saja Mama tidak memiliki penyakit jantung.
Mengingat masa kecilku bersama Mama dulu membuatku kembali merasa menelan rasa pahit, Mama yang selama ini bersamaku ternyata bukan orangtua kandungku, dia Mama angkatku. Tapi setidaknya sekarang Mama tidak akan kecewa padaku, setelah dia membagi kasih sayangnya padaku, aku tidak mau mengecewakan Mama lagi, aku ingin CD Group Papa berikan pada Kak Arkan, sesuai keinginan Mama.
"Ardan?"
Aku mendongak menatap wajah Mama yang akhir-akhir ini memang sangat ku rindukan tapi entah kenapa ada rasa aneh sekarang setelah mengetahui jika beliau bukan ibu kandungku. Ada rasa senang saat melihat binar di kedua mata Mama, dia terlihat senang dengan kedatanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love is My Secretary
عاطفية[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Dia gadis SMA yang sempat menolak cintaku dulu, lihat sekarang! Dia bahkan datang kepadaku dengan sendirinya, takdir memang adil ya?" Ardan Cakra Mahendra, CEO muda yang dulunya seorang cowok cupu yang dicampakan oleh seoran...