| Keadaan Memaksaku Untuk Melakukan Hal Yang Tidak Ingin Kulakukan |
〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️
Ardan Pov
Jika memang tuhan mempertemukan kami untuk kembali berpisah maka aku mohon jangan biarkan salah satu dari kami memiliki harapan lebih. Cukup sudah hatiku kembali hancur untuk yang kedua kalinya, aku tidak ingin terus berada di dekatnya jika nanti sudah pasti yang kudapat hanyalah sakit di hati.
Aku memang payah juga pengecut, aku akui itu tapi aku tidak ingin mengorbankan keluarga untuk urusan pribadiku, apalagi keluarga yang sudah membesarkanku adalah keluarga angkatku, selama 24 tahun mereka mencurahkan kasih sayangnya padaku dan sekarang waktunya aku membalas kebaikan mereka, mungkin menjauhi Anara adalah salah satunya.
Dicintai dan mencintai, untukku sama-sama menyakitkan jika hanya sebelah pihak yang merasakan, itu juga berlaku bagi diriku sendiri. Sebelum aku dan Anara semakin dekat, lebih baik aku membuat jarak dan bersiap untuk berpisah. Memang tak mudah tapi itulah yang harus ku lakukan, aku tidak ingin keluargaku terpecah kembali karena cinta sebelah pihakku.
Mengabaikannya, rasanya beribu-ribu kali lebih menyakitkan di banding saat dia menolakku dulu, tapi aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku harus kuat.
"Gue gak nyangka Dan." Aku menoleh ke arah Rendi, dia juga ikut sedih sama sepertiku. Seperti biasa, aku menceritakan semuanya pada Rendi, tidak ada yang di lebih-lebih kan atau dikurangi. Semuanya ku jelaskan tanpa kurang sedikit pun.
"Gue pernah bilang bakal dukung apapun keputusanku, tapi gak tau kenapa menurut gue keputusan lo kali ini gak bener." Hanya diam tanpa bergeming sedikitpun, aku hanya bisa mendengarkan perkataan Rendi yang memang selalu terdengar benar di telingaku tapi yang ku lakukan kali ini karena terpaksa, bukan mauku.
"Gue gak mau nyampe keluarga gue pecah lagi Ren, hubungan Kak Arkan sama Papa mulai membaik dan gue gak mau jadi duri dalam keluarga gue sendiri." Balasku tanpa meliriknya sedikitpun, Rendi membiarkanku terus datang ke rumahnya setelah aku menceritakan semuanya, ini juga salah satu cara agar aku dan Anara tidak sering bertemu di apartemen.
Mengingat saat aku membentaknya kemarin saja membuatku benci pada diriku sendiri, pria mana yang akan rela saat dirinya membentak wanita yang dia cintai? Big No! Aku pikir pasti tidak ada sama sekali.
Kenapa takdir selalu mempermainkanku seperti ini? Apa aku tidak berhak bahagia?
"Gak bisa gini Dan, seenggaknya lo harus jujur tentang perasaan lo sama dia. Gie yakin Anara pasti—"
"Apa? Anara pasti apa? Gue yakin dia gak punya perasaan sedikit pun buat gue Rendi. Dan itu terbukti waktu dia lebih milih Kak Arkan dibanding gue, gue mau jujur tentang perasaan gue sama dia setelah denger pengakuan Kak Arkan siang itu Ren, tapi semuanya udah telat. Dia lebih milih Kak Arkan, semuanya udah jelas."
"Apa Kakak lo udah nyatain perasaannya sama Anara? Gue yakin belum Dan, sikap Anara ke lo aja masih gitu, lo bilang dia terus minta maaf sama lo. Itu berarti Kak Arkan belum bilang kalo dia suka sama Anara, lo harus nyatain perasaan lo duluan sebelum Kak Arkan."
"Percuma Ren, gue udah bilang. Gue gak mau keluarga gue hancur, lagian udah jelas kalo Anara juga lebih milih Kak Arkan daripada gue, gue cuma mau Kak Arkan bahagia walaupun itu sama Anara." Ujarku sembari bangkit dari tidur dan melangkah keluar dari kamar Rendi, aku harus segera kembali ke kantor. Kembali bersikap cuek dan dingin pada Anara, dan aku sangat benci itu. Benci pada diriku sendiri!
***
Melihat Kak Arkan yang terus gencar mendekati Anara membuatku merasa ingin segera pergi dari kantor, aku ingin segera pergi ke Bogor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love is My Secretary
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Dia gadis SMA yang sempat menolak cintaku dulu, lihat sekarang! Dia bahkan datang kepadaku dengan sendirinya, takdir memang adil ya?" Ardan Cakra Mahendra, CEO muda yang dulunya seorang cowok cupu yang dicampakan oleh seoran...