| Bersamamu Adalah Hal Yang Paling Indah Untukku |
〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️
Perlahan aku mulai berjalan melewati satu persatu anak tangga, Mami dan Kak Aya berada disamping kanan dan kiriku, mengiringku dengan senyuman kagum mereka yang tak pernah hilang. Aku gugup bukan main, apalagi saat semua pasang mata mulai tertuju ke arahku, jantungku berdegup sangat cepat.
Banyak orang yang datang, bahkan hampir setengahnya dari kerabat dekat dan kerabat jauh keluarga Ardan. Aku tidak menyangka akan sebanyak ini, mereka memenuhi rumahku layaknya sebuah pusat pembelanjaan. Awalnya memang kami berencana untuk mengadakan pesta di sebuah gedung tapi aku menolaknya, entah kenapa aku ingin segala sesuatu dilakukan disini. Surabaya, rumah ini.
Aku merasa rumah ini berhak menjadi saksi terakhir untuk aku terlepas dari keluarga, karena bagaimana pun aku lahir dan tumbuh disini, banyak kenangan indah tak akan pernah bisa ku ceritakan satu persatu di rumah ini, jadi sebisa mungkin aku ingin pernikahanku diadakan di rumah saja.
Toh semuanya tak kalah seperti gedung pernikahan, rumahku lumayan luas dan juga sangat indah jika di hias seperti sekarang.
Karangan bunga hidup yang besar di setiap sudut ruangan membuatnya terasa seperti di aula pernikahan seperti digedung. Menurutku sama saja tetapi ada nilai plusnya, rumahku memiliki sejuta kenangan indah sejak aku masih kecil dan sekarang rumah ini juga yang akan menjadi saksi terlepasnya aku dari keluargaku.
Ada rasa sedih sebenarnya, aku akan benar-benar menjadi tanggung jawab orang lain dan terlepas dari Papi dan Mami tapi aku juga senang karena pria yang akan bertanggung jawab terhadapku mulai sekarang adalah Ardan. Aku sangat bersyukur pria itu adalah dia.
Aku tak berani menoleh ke sampingku saat aku duduk dikursi sebelah Ardan, aku tau dia sedari tadi terus memandangiku.
Bisa kudengar bisikan-bisikan dari beberapa orang yang hadir yang intinya mereka memujiku, entahlah.
"Baiklah, apa sudah siap?"
Perkataan penghulu membuka percakapan.
Semuanya terasa seperti mimpi, entah sejak kapan aku merasa jika aku ternyata sudah dewasa dan akhirnya menikah dengan seseorang. Seseorang yang memang telah mengubah hidupku, dia datang tanpa kusangka. Tunggu, sebenarnya bukan dia yang datang tapi aku yang datang padanya. Tapi Kembali lagi bahwa semuanya memang sudah takdir, kami mungkin memang sudah ditakdirkan bertemu dan akhirnya bersama.
Ardan. Nama pria itu sempat terlintas sebagai seorang cowok cupu yang kerap khas dengan buku dan kacamata dipikiranku. Pertama kali kami bertemu saat aku tak sengaja menambraknya di lorong kelas, menjatuhkan buku-buku yang dia bawa, aku yang memang mempunyai sikap emosional sangat marah saat itu. Itulah alasan aku tidak suka kepada Ardan dulu, memakai kacamata dan sepertinya sangat lemot walaupun banyak yang bilang dia pintar.
Ditambah lagi saat itu dia tiba-tiba menembakku yang tentu saja kutolak, jujur setelah menolaknya secara sadis aku menjadi tidak enak dan tentu saja mencarinya yang pergi entah kemana tepat satu hari setelah aku menolaknya. Dan tak kusangka dia tumbuh menjadi seorang pria tampan, professional dan banyak di kagumi wanita dan yang lebih membuatku bertanya-tanya lagi, dia juga yang akhirnya menjadi suamiku.
"Sah!"
Satu kata yang membuatku terbangun dari lamunanku, aneh memang. Pengantin wanita mana yang akan melamun saat ijab qabul selain diriku.
Ardan mencium keningku lumayan lama setelah aku mencium tangannya, semuanya tampak bertepuk tangan bahagia melihat kami, aku hampir saja tak bisa menahan air mataku saat melihat Mami meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love is My Secretary
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Dia gadis SMA yang sempat menolak cintaku dulu, lihat sekarang! Dia bahkan datang kepadaku dengan sendirinya, takdir memang adil ya?" Ardan Cakra Mahendra, CEO muda yang dulunya seorang cowok cupu yang dicampakan oleh seoran...