Chapter16

529 23 1
                                    

| Jangan Ingatkan Aku Tentang Masa Laluku Atau Hatiku Akan Kembali Goyah Dan Otakku Akan Mulai Berfikir Seperti Dulu |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️


Memang benar kata orang, sebaik-baiknya tempat kembali adalah rumahmu sendiri. Belum genap satu bulan di Jakarta saja aku sudah merasa asing dengan kamarku, bagaimana tidak? Setiap hari aku selalu berada di kamar jarang keluar dan tiba-tiba saja aku pergi.

Aku rindu kasur empukku ini, aku rindu televisi yang sering ku gunakan untuk menonton film action, aku rindu balkon kamar yang dulu sering ku gunakan untuk jalur masuk ke kamar jika main malam. Jangan salah sangka, aku main malam bukan untuk melakukan hal yang tidak-tidak tapi aku keluar hanya berkumpul dengan temanku dulu semasa SMA. Dan semenjak kuliah aku jarang keluar malam, Papi benar-benar menjagaku dari dunia luar padahal aku ini anak Balter, Bandel Terhormat.

Aku tersenyum mengingat bahwa balkon juga jalur pelarianku menuju bandara saat ingin ke Jakarta, saat itu aku memang benar-benar terkejut dengan keputusan Papi dan tanpa pikir panjang aku langsung kabur begitu saja, tapi syukurlah Papi tidak marah saat aku pulang. Semoga dengan mengenalkan Pak Ardan pacarku pada Papi, perjodohannya akan dibatalkan.

Tok tok tok

Aku menoleh ke arah pintu yang berjarak kurang lebih 3 meter dari kasur tempatku berbaring merentangkan tubuhku.

"Siapa?" tanyaku setengah berteriak.

"Ini Kakak!"

"Masuk aja, gak dikunci kok."

Ckleek

Aku merubah posisiku menjadi duduk saat Kak Aya masuk, malam-malam begini ada apa Kak Aya menemuiku? Kak Aya mendekat kemudian duduk dipinggir kasur menghadap ke arahku yang tengah duduk menyila.

"Kenapa Kak? Evan udah tidur?" tanyaku, Kak Aya mengangguk.

"Dia udah tidur sama Mas Adi dikamar."

"Terus? Kenapa Kak Aya belum tidur?" Bukannya menjawab Kak Aya malah merebahkan tubuhnya di sampingku sambil menghela napas panjang, ada apa? Bau-Bau mencurigakan.

"Ardan bukan pacar kamu kan?" pertanyaan Kak Aya membuatku menghentikan langkahku, aku menoleh ke arah Kak Aya.

"Kenapa?" tanyaku kemudian melanjutkan langkah mengambil ponsel di atas nakas.

"Kamu gak bisa bohongin Kakak Na, dia bukan pacar kamu kan? Kamu bilang dia bos kamu, bos yang kata kamu ngeselin itu?" Aku kembali ke atas kasur sambil mengangguk, sepertinya Kak Aya ingin membuka sesi curhatan kami, dia pasti penasaran dengan Pak Ardan.

"Tapi dia kayaknya cowok baik deh Na, kalo bener dia nyebelin kayak yang kamu bilang gak mungkin dia mau jauh-jauh nganterin kamu ke sini pake acara bantu bohongin Papi Mami lagi." Aku menghela napas kemudian ikut berbaring di samping Kak Aya sambil menatap langit-langit kamar.

"Ya ... Kadang dia emang ngeselin kadang juga bisa baik gitu Kak, tapi mungkin sikap ngeselin nya itu khusus buat Ana doang." Ujarku tanpa menoleh ke arah Kak Aya, mungkin sekarang waktunya Kak Aya tau siapa Pak Ardan.

"Maksudnya?"

"Kak Aya percaya kalo dunia itu sempit?" Kak Aya tidak menjawab, dia malah beralih menatapku bingung."Aku percaya Kak, Pertama aku sama Pak Ardan ketemu gak sengaja di Jakarta, terus aku baru tau kalo Pak Ardan itu ternyata adiknya dari Kak Arkan, temen Mas Adi. Kemarin di Medan, Kakak tau gak aku ketemu sama siapa?" tanyaku sambil menoleh ke arah Kak Aya yang juga tengah menatapku dan mendengarkan ceritaku.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang