Chapter39

417 26 3
                                    

| Baru Kusadari Bersamamu Adalah Hal Yang Paling Indah Untukku |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Atmosfer yang kurasakan tiba-tiba terasa berbeda karena kedatangan Kak Arkan. Bukannya apa, aku hanya takut akan menjadi penyebab kedua bersaudara itu terpecah, apalagi saat melihat bahwa aku tinggal bersama Pak Ardan yang sekarang sudah menyandang status sebagai pacarku.

Awalnya aku sedikit bingung tapi setelah mendengar nasehat Kak Aya malam kemarin membuatku tersadar jika aku mulai menyukai Pak Ardan, walaupun rasa sukaku tidak sebesar rasa sukanya padaku tapi Kak Aya bilang tak apa. Pak Ardan sudah lama menyukaiku dan akan siap menunggu sampai kapanpun.

Mungkin dengan menerima Pak Ardan, hatiku perlahan-lahan akan terbuka. Tunggu, mendengar dia mengatakan kata 'I Love You' saja sudah membuat wajahku memanas. Baiklah, dalam waktu singkat saja Pak Ardan sudah bisa membuatku salah tingkah, luar biasa.

Selesai membuatkan dua gelas kopi aku segera membawanya ke ruang tengah, dimana Pak Ardan dan Kak Arkan tengah bertatapan dengan diam. Melihatnya saja sudah membuatku takut, mereka tidak akan bertengkar atau saling menonjok 'kan?

"Diminum Kak," kataku setelah menyimpan dua gelas minuman tadi di atas meja tepat di depan mereka yang tengah hadap-hadapan tak ada suara.

Aku berdehem kecil mengkode agar Pak Ardan mau membuka suara terlebih dahulu, ada apa dengan mereka ini?

"Kak, An—"

"Kalian satu rumah?"

Mendengar nada dingin ditambah oleh wajah datar Kak Arkan membuatku menelan ludah dengan susah payah, aku takut mereka bertengkar gara-gara aku.

"Iya, jika Anara bisa tinggal disini kenapa harus susah payah mencari yang lain? Itu juga akan mengurangi pengeluaran, iya kan Anara?" aku mengangguk kaku saat Pak Ardan menoleh ke arahku.

"Kenapa? Kakak gak suka ya rumahnya Anara tinggalin? Kalo gitu Anara pindah juga gakpapa kok Kak, An—"

"Gak gitu Na, it's ok tapi Kakak sedikir gak nyaman aja. Oh iya,  kamu tidur dimana?"

"Anara tidur dilantai bawah kok, tenang aja Kak." Sela Pak Ardan, aku hanya bisa mengangguk mengiyakan.

"Lantai bawah? Tunggu! Maksud kamu bekas gudang? Kok kamu biarin Anara tidur disana?!" Aku sedikit kaget mendengar nada suara Kak Arkan yang naik satu oktav, sementara Pak Ardan malah menampilkan wajah santai.

"Kakak kesini ada perlu apa?" tanya Pak Ardan, terdengar bertanya tapi di telingaku terdengar mengusir Kak Arkan untuk pergi.

"Kakak mau jemput Siska, besok Kakak butuh sekretaris karena sekretaris Kakak malah kabur, yah ... Jadi beginilah." Jawab Kak Arkan yang kutahu menyindir diriku, aku jadi tidak enak.

"Maaf,"

"Tidak papa, Kakak cuma becanda. Oh iya, Kakak bawa sesuatu buat kamu Na, tapi di bagasi. Bentar ya," Kak Arkan berdiri dan berjalan keluar.

Pak Ardan menatapku dengan senyuman kaku, aku tahu itu hanya terpaksa. Dia pasti tidak nyaman saat ini, aku mengerti.

"Sepertinya kalian perlu ruang, aku ke atas dulu ya."

"Kak, jangan gitu dong." Ujarku menahan tangannya yang bersiap untuk beranjak pergi. pak Ardan tersenyum tipis kemudian mengelus suraiku lembut.

"It's ok, aku ngerti."

***

Canggung, itulah yang tengah kurasakan saat ini. Berdua dengan orang yang pernah kau tolak sebelumnya dan kini saling diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Aku benci situasi seperti ini!

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang