| Berada di Sampingmu Saja Sudah Membuat Hatiku Tak Karuan |
〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️
Ardan Pov
Percayalah, saat dimana kau dalam posisi kalah jumlah sepertiku maka yang bisa kau lakukan hanya mengalah. Percuma juga terus melawan jika tidak ada yang mendengarkan dan peduli, aku serasa jadi pria paling pengecut sedunia.
Pandanganku sedari 15 menit yang lalu tak pernah lepas dari sosok wanita gila yang menyarankan permainan bodoh bernama 'Lupakan sejenak siapa aku sebenarnya'. Sungguh ide gila sama seperti orangnya, setelah kesal melihat kaum pria yang mendominasi party ini kini aku semakin jengkel dengan sikap para karyawan kurang ngajarku ini. Anara benar-benar, dia ikut party dengan kaum adam yang lebih banyak dibanding kaum hawa? Disini hanya ada 4 wanita dan sisanya adalah pria, bagaimana jika terjadi sesuatu nantinya?
Hufh ... Aku tahu betul bagaimana tingkah para karyawan gilaku ini, biasanya sehabis melakukan hal konyol yang mereka sebut dengan refresing ini pastilah dipagi harinya akan ada sesi ngerumpi di kantor, bekerja dengan mereka selama lebih dari 3 tahun membuatku hafal betul dengan sifat-sifat mereka apalagi gelagat mereka bisa dengan jelas ku lihat melalui CCTV.
Anara masih asik dengan ketiga teman perempuannya sambil sibuk membolak balikan daging di atas panggangan sementara aku serasa terpenjara duduk di sini dengan para karyawan bedebahku ini, mentang-mentang disini jabatan tak berlaku mereka bersikap kurang ngajar padaku. Dengan santai gaya bicara mereka berubah menjadi lo-gue padaku, aku benar-benar tak nyaman dengan kondisi ini tapi mereka semua terlihat B saja dari tadi.
"Apa kabar hubungan lo sama tuh cewek Rif? Kemarin bukannya lo nembak dia?" tanya salah seorang pria berperawakan tinggi dengan pakaian hijau menyapanya. Kami semua tengah berkumpul di meja sambil menunggu panggangan matang. Aku tidak tau nama-nama mereka, yang kutahu hanya satu yaitu Cakra, dia sering datang ke ruanganku untuk menyerahkan laporan bulanan.
"Kenapa tuh muka? Oh gue tau nih, ada bau-bau penolakan deh kayaknya." Mereka tertawa seperti meledek pria bernama Arif itu, aku tidak mengerti dengan percakapan mereka yang jelas sepertinya disini Arif tengah di pojokan, aku hanya pura-pura sibuk dengan ponsel sedari tadi.
"Lo nembak tuh cewek kayak gimana emang nyampe di tolak segala?"
"Ya gue nembak yang kayak biasa, ngasih bunga, cokelat plus boneka sama dia."
"Idih! Pantes aja ditolak!" Kok pantes aja? Apa yang di lakuin si Arif kan sudah terbilang romantis, mirip seperti cerita di buku-buku yang sering ku baca.
"Lah kok gitu?"
"Nih ya, cewek jaman sekarang itu gak suka sama cara nembak jadul kayak gitu."
"Terus gimana atuh?"
"Cewek jaman sekarang lebih suka ... " Pria tersebut menjeda ucapannya membuat pria-pria di sampingnya termasuk aku penasaran. Ku alihkan pandanganku dari ponsel, perlahan kami mendekat dan terus mendekat sampai pada posisi seperti sedang berunding.
"TTM-an!"
Kami semua kembali ke posisi semula dengan wajah datar plus kesal. TTM-an gimana si maksudnya? Bukannya cewek itu sukanya kepastian ya?
"Gimana si lo Marzuki! Jadi maksud lo cowok lebih baik cuma jadi TTM nya cewek tanpa ngiket tuh cewek? Gimana kalo tuh cewek juga punya TTM-an selain kita huh?"
"Gak gitu bro, denger deh. Perlahan tapi pasti aja, pertama lo harus deket sama tuh cewek kayak abang-abangannya dan lama kelamaan lo harus dijadiin ketergantungan sama doi. Pokoknya lo harus lebih deket dari sekedar temen sama dia, gue jamin deh kalo lo nembak dia, dia gak bakalan nolak secara dia udah nyaman sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love is My Secretary
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] "Dia gadis SMA yang sempat menolak cintaku dulu, lihat sekarang! Dia bahkan datang kepadaku dengan sendirinya, takdir memang adil ya?" Ardan Cakra Mahendra, CEO muda yang dulunya seorang cowok cupu yang dicampakan oleh seoran...