Chapter45

301 16 2
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca ya:)

| Terima Kasih Karena Masih Mempercayaiku |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan pov

Aku benar-benar cemas pada Anara, apalagi setelah mendengar pengakuan dari Lusi. Fajar sebentar lagi akan tiba dan aku masih dalam kondisi dan penampilan yang berantakan melajukan mobilku menuju Jakarta. Aku bahkan belum tidur sama sekali karena mencemaskan Anara, aku sangat kesal pada diriku sendiri yang selama ini sudah tertipu dengan keluguan orang-orang disekitarku.

Kulajukan mobil diatas kecepatan rata-rata, menembus kemacetan dan menyalib beberapa mobil didepanku sambil membunyikan klakson tanda bahwa aku sedang terburu-buru, menuju Bandara Soekarno-Hatta. Anara tidak juga menjawab telponku, sudah lebih dari 20 kali aku menelpon tapi dia tidak mengangkatnya. Sebenarnya wajar saja karena Anara pasti sangat kecewa padaku, jika aku berada dalam posisinya aku juga pasti akan sangat sedih dan kecewa tapi aku benar-benar khawatir padanya.

Ponselku tiba-tiba berbunyi saat aku baru saja memutuskan untuk tidak mencoba menghubungi Anara lagi dan ternyata itu dari Anara.

Kutepikan mobilku ke kiri untuk menjawab telpon, walaupun dalam kondisi terburu-buru seperti ini keselamatan masih penting.

"Hallo Ra? Kamu dimana? Kam-"

"Hallo?"

Suara itu! Suara pria itu membuat amarahku seketika naik, tapi aku harus sabar. Demi keselamatan Anara aku harus hati-hati dan sebisa mungkin aku juga harus mengikuti permainannya.

"Kak, Kak Arkan?"

"Iya Dan, ini Kakak. Kamu lebih baik gak usah hubungin Anara lagi. Dia lagi sedih dan juga tertekan saat ini."

"Tapi Kak, Ardan pengen tau keadaan Anara."

"Anara baik-baik aja, kamu tenang aja. Ada Kakak, kamu fokus aja sama yang kamu kerjain. Kakak tutup ya."

"Tapi Kak-"

Tut tut

"Arrghh...!" Teriakku frustasi, Kak Arkan benar-benar pandai berakting. Tak kusangka, dia bermain kotor seperti ini. Sudah kuduga keberadaannya di Bogor sangat aneh, ternyata semuanya jelas sekarang.

Lusi, perempuan yang belum lama ini kukenal, yang kusangka perempuan baik ternyata menyimpan rahasia besar yang jujur membuatku kecewa tapi yang lebih membuatku kecewa adalah dalang dibalik semua ini. Orang yang mengajak Lusi kerja sama dalam kepura-puraan nya selama ini. Aku jadi merasa sangat bersalah pada Anara karena aku lebih memilih percaya pada orang lain dibandingkan dengan kekasihku sendiri.

Setibanya di bandara aku langsung berlari untuk memesan tiket menuju Surabaya, menyusul Anara yang mungkin juga belum berangkat. Sebelum ke Bandara tadi, aku juga sudah menghubungi Rendi, meminta mengambilkan mobilku diparkiran bandara dan tentu saja menceritakan semuanya, Rendi juga sangat terkejut saat mendengarnya.

Saat aku masuk ke kabin pesawat, benar saja Anara juga ternyata belum berangkat. Pesawat ini adalah pesawat pertama yang akan terbang ke Surabaya hari ini. Perasaanku campur aduk antara sedih dan marah. Sedih melihat Anara yang tampak murung sepanjang perjalanan dan marah melihat orang yang duduk disampingnya.

***

Aku tidak boleh gegabah, pria itu sungguh licik. Pandai memanfaatkan situasi dan kondisi, apalagi dengan menurunnya kepercayaan Anara padaku saat ini aku harus mampu berpikir satu langkah lebih dulu darinya. Apa yang harus aku lakukan?

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang