Chapter43

287 16 2
                                    

| Apa yang bisa ku lakukan? Mungkin aku hanya bisa menyerah jika kamu sudah tidak peduli padaku lagi |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

"Anara, Mami kecelakaan... Hiks... "

Pikiran yang memang sudah tidak bisa tenang dari tadi karena Ardan belum juga kembali dan tiba-tiba Kak Aya menelponku dan mengatakan bahwa Mami kecelakaan membuatku semakin tak bisa mengontrol emosiku.

Perasaan kaget, cemas dan sedih tentu saja wajar ku rasakan saat ini, Mami selama ini selalu ada untukku, walaupun aku adalah anak yang nakal tapi Mami selalu sabar menghadapiku.

Air mata sudah tidak bisa kubendung lagi sedari tadi, dipikiranku saat ini adalah aku ingin segera pergi bertemu dengan Mami. Tapi kemana Ardan? Kenapa disaat seperti ini Ardan malah menghilang?

Terdengar suara Ardan di sebrang sana, tanpa basa-basi lagi aku langsung mengatakan pada Ardan apa yang Kak Aya sampaikan padaku. Aku benar-benar sedang kacau sekarang dan aku membutuhkan Ardan di sisiku.

"Apa? Aku kesana sekar—"

Perkataan Ardan tiba-tiba terhenti, Ardan terdiam cukup lama sampai akhirnya aku mulai sadar.

"Kamu dimana sekarang?" tanyaku, sempat kudengar suara perempuan yang tak asing ditelingaku.

Jangan bilang kalau...

"Aku lagi di rumah sakit Ra, maaf gak ngabarin. Aku panik tadi."

"Kenapa?"

"Lusi Ra, Lusi sakit."

Sudah kuduga.

"Aku butuh kamu sekarang," ucapku pelan, aku merasa tidak enak saat mendengar bahwa Ardan sedang di rumah sakit karena Lusi. Ardan sempat terdiam lama, entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Emh Ra, gimana kalo kamu berangkat duluan dulu aja? Ntar aku nyusul. Aku gak bisa ninggalin Lusi sendiri disini, dia gak punya siapa-siapa selain aku."

"Aku bener-bener gak ngerti sama kamu, kamu lebih peduli sama Lusi dibanding sama aku?" sekuat mungkin aku menahan suara tangisku. Aku hanya tidak mau Ardan semakin cemas, ah Anara bodoh! Apa yang kau pikirkan? Disaat seperti ini, kau masih saja memikirkan orang lain?

"Bukan gitu Ra, Lusi sendiri disin—"

"AKU JUGA SENDIRI! KAMU PIKIR AKU PUNYA SIAPA DISINI HAH?!  AKU GAK PUNYA SIAPA-SIAPA! AKU CUMA PUNYA KAMU! DAN SEKARANG KAMU LEBIH PEDULI SAMA ORANG LAIN? Hiks... Ok, aku kira kamu serius sama aku, tapi ternyata semuanya salah."

"Ra, dengerin aku dul—"

Tut tut

Tanpa mendengarkan celotehan Ardan, aku langsung menutup telpon. Ardan benar-benar tega padaku, kenapa dia lebih memilih bersama dengan gadis itu? Tidak hanya Lusi yang butuh Ardan tapi aku juga.

Tiba-tiba aku merasa bahwa Ardan meninggalkanku, aku sangat-sangat kecewa. Tangisanku yang memang terdengar keras sudah tak kupedulikan lagi, aku hanya ingin mengeluarkan semuanya saat ini juga.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang