Chapter44

256 14 1
                                    

| Kepercayaan Adalah Kunci Dari Segalanya |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Tok tok tok

Sudah lebih dari 5 menit aku mengetuk pintu tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Kak Arkan akan membukakan pintu ataupun menyaut. Siang tadi Mami memintaku untuk memeriksa Butiknya, sungguh tak habis piker memang, saat sakit pun yang Mami pikirkan hanyalah Butik. Sungguh tak tega rasanya membantah Mami jika kondisinya sedang begini, ditambah lagi semua orang termasuk Mas Adi menyuruhku untuk pulang terlebih dahulu dengan alasan bahwa Kak Arkan pasti kecapean, tapi setelah dipikir-pikir perkataan Mas Adi ada benarnya juga. Kak Arkan pasti lelah karena terus menolongku dari kemarin.

Alhasil mau tidak mau, aku mengajak Kak Arkan untuk pulang ke rumah, dan sejak Kak Arkan masuk ke kamarku satu jam yang lalu, Kak Arkan belum juga keluar. Aku memang menyuruhnya mandi dan istirahat di kamarku tapi tak ku sangka Kak Arkan sampai saat ini tidak menyahut saat kupanggil. Aku jadi penasaran, apa yang sedang Kak Arkan lakukan? Jikapun Kak Arkan sedang tidur, dia pasti terbangun karena suara ketukan pintu. Padahal aku hanya ingin membangunkannya untuk makan, dari tadi siang Kak Arkan belum makan apapun.

Ckleek

Dan bodohnya aku, ternyata sedari tadi pintunya tidak dikunci sama sekali. Dasar Anara!

"Kak?" panggilku pelan, tidak kutemukan Kak Arkan di dalam kamar. Kemana dia? Apa dia keluar dari rumah? Tapi kapan? Aku tidak melihatnya lewat ataupun Kak Arkan juga tidak memberitahuku bahwa dia akan keluar.

Baru saja aku ingin duduk ditepi Kasur, aku terkaget karena tiba-tiba Kak Arkan muncul entah darimana.

"Anara?"

"Astaga!" ucapku terkejut sambal reflex berdiri dan mengelus dada. Detik selanjutnya aku kembali terkejut karena melihat Kak Arkan yang memakai handuk dipinggangnya, dia bertelanjang! "Ya ampun Kak, kenapa gak pake baju si?" tanyaku panik sambil menutupi wajah dengan kedua tanganku.

"Ya salah kamu lah, masuk sembarangan. Kakak kan baru aja selesai mandi." Jawab Kak Arkan dengan tawa kecil diakhirnya.

"Ih kok jadi nyalahin Anara si? Dari tadi Anara panggil-panggil gak nyaut." Balasku tak mau kalah.

1 detik

2 detik

3 detik

Hening

"Kak?" panggilku masih dengan wajah yang kututupi. Kak Arkan tak juga menyaut. Kemana dia? "Kak Ark-" aku kaget bukan main, saat kubuka tanganku dari wajah tiba-tiba Kak Arkan sudah ada didepanku, masih dengan keadaan handuk di pinggang membuatku reflex mundur dan sialnya kakiku tersandung ujung sprai.

Mataku melebar saat tanganku tak sengaja berpegangan pada Kak Arkan yang berdiri tepat di depanku, Kak Arkan juga sempat memgegang pinggangku, tapi karena kejadiannya terlalu cepat Kak Arkan juga tidak bisa menahanku. Alhasil kami berdua terjatuh di atas Kasur dengan posisiku yang berada dibawah Kak Arkan.

Ini memang terlihat seperti di sinetron-sinetron tapi entah kenapa rasanya aku enggan untuk melakukan apapun, tatapan mata Kak Arkan seakan membuatku terkunci tak bisa berkata-kata, membuatku terdiam seakan Kak Arkan punya sihir yang bisa membuat orang lain diam begitu saja.

"Anara!"

Aku tidak tau apa yang terjadi karena detik selanjutnya aku hanya sadar saat Kak Arkan tersungkur ke lantai membuat keadaan tiba-tiba menjadi menegangkan.

"Ardan!" Ucapku lantang, apa yang dia lakukan?! Aku benar-benar tidak habis pikIr dengannya. Dia tiba-tiba dating entah darimana dan tanpa aba-aba langsung memukul Kak Arkan. "Kamu apa-apaan si?!" bentakku yang langsung membangunkan Kak Arkan yang masih terduduk dilantai. Sudut bibirnya mengeluarkan darah membuatku meringis melihatnya.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang