Chapter38

424 26 0
                                    

| Kebahagianku Sudah Kusimpan Dalam Dirimu Sekarang |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

Mengingat ekspresi Anara tadi malam membuatku tersenyum tanpa sadar, dia sangat menggemaskan. Akhirnya aku mengungkapkan perasaanku juga padanya, untuk yang kedua kalinya. Kali ini tidak akan kubiarkan dia menolak, akan kupastikan dia menerimaku.

Aku baru tahu ternyata Anara dan Kak Arkan tidak memiliki hubungan apapun karena desas-desus di kantor sudah terdengar bahwa mereka sudah resmi berpacaran.

Jujur aku sangat marah hingga tak sengaja melampiaskan amarahku pada Anara, tak sengaja aku menciumnya hingga akhirnya aku mendengar pengakuan bahwa dia dan Kak Arkan tidak memiliki hubungan apapaun, itu juga yang menjadi gerbang awal pernyataan cintaku terlontar semalam.

Kepercayaan, mungkin itu adalah satu-satunya hal yang harus kulakukan saat ini. Sebelum aku mempercayai orang lain, aku harus mempercayai diri sendiri terlebih dulu. Aku yakin diriku yang sekarang sudah lebih baik, Ardan yang sekarang bukan lagi Ardan yang dulu.

"Akan saya pikirkan dulu Pak."

Perkataan Anara semalam membuatku kembali tersenyum, wajahnya yang merona membuatnya terlihat dua kali lipat lebih menggemaskan.

Aroma tak sedap tiba-tiba tercium dan saat aku menoleh, aku baru sadar dengan masakan yang sedang kubuat.

Pagi ini aku memang berencana membuatkan Anara sarapan, sengaja bangun pagi agar bisa memasakkan nasi goreng sebelum berangkat ke kantor. Tentu saja dengan bantuan youtube, beruntung aku sudah bisa menghidupkan kompor. Tapi sayang, karena terus memikirkan Anara masakannya menjadi gosong, sial!

"Pak Ardan?"

Aku menoleh, Anara berjalan mendekat dengan terburu-buru mungkin karena mencium bau gosong dari dapur.

"Ini bau gosong apa? Bapak masak?" aku mengangguk dengan bangga, Anara pasti terharu sekaligus kagum mendengarnya.

"Iya, saya buatin nasi goreng khusus buat kamu." Ujarku, Anara mengambil alih tempatku dengan menyingkirkanku begitu saja, dia mulai mengangkat wajah berisi nasi goreng yang sudah mulai menghitam. Aku sendiri tidak yakin dengan rasanya, entahlah.

"Ya ampun, ini apa?! Bapak mau bikin dapurnya kebakaran?!"

Lah? kenapa Anara malah marah-marah?

"Nggak kok, saya niatnya mau bikinin sarapan buat kamu."

"Aduh Pak, mending Bapak duduk manis aja ya. Biar saya yang masak, Bapak tunggu bentar." Aku duduk dengan terpaksa di meja makan yang hanya memiliki dua kursi itu, pas sekali untuk kita berdua.

Anara terlihat mulai berkutat serius dengan alat-alat dapur, entah apa yang akan Anara buat, dia mengambil sesuatu dari dalam lemari es dan sesuatu dari dalam tekas pantry.

Memandangnya ketika sedang sibuk memasak membuat hatiku tiba-tiba menghangat, kira-kira seperti inilah gambaran ketika kami sudah menikah nanti.

"Ra?"

"Hm?"

"Sudah kamu pikirkan bukan? Jadi jawabannya apa?"

Anara menghentikan kegiatannya sesaat kemudian berbalik menatapku, aku tersenyum ke arahnya.

Aku mengernyit heran saat melihat Anara kembali berbalik tanpa menjawab pertanyaanku, dia berdehem pelan. Apakah aku akan ditolak untuk yang kedua kalinya?

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang