Chapter34

351 24 4
                                    

| Entah Apa Aku Harus Senang Atau Bagaimana Ketika Melihatmu Bahagia Dengan Orang Lain |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

Lenyap bagaikan ditelan bumi. Anara benar-benar penepati perkataannya, dia tidak menampakan wajah bahkan dirinya di depanku, sejak semalam sampai siang ini aku belum melihat Anara, memang ini yang kumau tapi tetap saja hatiku sakit saat Anara tidak bertemu denganku mungkin untuk yang terakhir kalinya.

Hari ini adalah hari terakhir aku bekerja di perusahaan inti, tepat dihari ini juga aku akan menyerahkan jabatan CEO pada Kak Arkan di depan semua karyawan kantor.

3 tahun menjadi CEO di CD Group inti bukan waktu sedikit, semenjak kuliah di semester 4 aku sudah mulai belajar mengurus kantor karena Papa juga akan pensiun, begitu pun dengan Kak Arkan. Kami sama-sama belajar tentang managemen di bidang perusahaan kontruksi untuk mengurus dan meneruskan perusahaan CD Group.

Dulu aku dan Kak Arkan sama-sama bekerja di perusahaan inti dibawah pimpinan Papa sampai kejadian tak menyenangkan terjadi dan membuat keluarga terpecah belah. Tepat setelahnya, Papa mengangkatku menjadi CEO perusahaan inti dan beliau resmi pensiun. Kak Arkan tinggal sendiri setelah kejadian itu, aku tahu Kak Arkan tidak sengaja, itu murni kecelakaan.

Kemarahan Papa juga hampir reda saat itu, Papa menyuruh Kak Arkan menikahi perempuan tersebut, tapi sayangnya perempuan yang telah Kak Arkan hamili memilih gantung diri membuat rasa bersalah bersarang di kepala Papa, semenjak itu Papa bersumpah tidak akan pernah memaafkan Kak Arkan.

Pergaulan bebas Kak Arkan memang membuat kesalahan besar terjadi dalam keluarga kami, saat aku sekolah di Surabaya, Kak Arkan selalu berbuat onar di Jakarta. Tak jarang dia sering bertarung dengan sesama teman di sekolahnya dan seringkali juga Kak Arkan terlibat tawuran.

Kak Arkan memang salah pergaulan, karena pengaruh alkohol Kak Arkan membuat seorang perempuan hamil dan akhirnya memilih bunuh diri karena menanggung beban, tapi aku yakin Kak Arkan sudah berubah. Satu tahun jauh dari keluarga membuatnya tersadar, sikapnya sudah terlihat mulai dewasa sampai akhirnya aku meminta Papa agar Kak Arkan memimpin perusahaan cabang. Tentu saja awalnya Papa tidak setuju tapi setelah permohonanku yang tiada henti, akhirnya Papa setuju.

Orang-orang mulai berkumpul di lobi lantai bawah, sebenarnya sangat berat aku meningalkan perusahaan ini apalagi ada Anara, tapi semua itu harus kulakukan mengingat alasan CD Group dan perasaan Kak Arkan, sampai detik ini dia belum juga tahu jika aku bukanlah adik kandungnya.

Setelah memberitahu semua karyawan tentang perpindahanku ke Bogor aku segera melangkah melewati lobi, berbagai macam pandangan menatapku, ada yang merasa sedih, ada yang menyayangkan kepindahanku, ada yang biasa saja bahkan ada juga yang merasa senang, mungkin sikap dinginku pada mereka menjadi penyebabnya.

Percuma saja kuedarkan pandangan ke seluruh kantor, Anara tidak ada. Apa dia benar-benar tidak mau bertemu denganku sebelum aku pergi ke Bogor? Apa dia sekecewa dan semarah itu padaku? Yang lebih mengherankan lagi adalah sikap Kak Arkan, dia terlihat tidak bersemangat sejak tadi pagi.

Ada apa sebenarnya? Apa karena dia tidak mau berganti posisi denganku? Ku rasa bukan, malah selama ini Kak Arkan ingin selalu menjadi atasan di perusahaan inti mengingat seberapa lengketnya dia dengan Mama, dia tidak ingin berjauhan dengan Mama.

"Ardan pamit ya Kak, sekali-kali main ke Bogor." Ujarku, Kak Arkan menepuk bahuku pelan sambil mengangguk.

"Kakak usahain,"

"Kakak kenapa? Oh iya, emh ... Anara mana?" tanyaku ragu, jangan sampai Kak Arkan merasa curiga terhadapku.

"Dia katanya sakit, jadi gak masuk."

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang