Chapter15

592 25 0
                                    

| Keluarga Adalah Tempat Untuk Saling Mendekatkan Diri Bukan Untuk Saling Menjauhkan Diri |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

Ardan Pov

"Terus abis itu dia nangis Ren, gila kan? Nangis gak pernah mandang tempat dia. Sumpah gemes banget!"

"Stop! Lo udah bilang hampir sepuluh kali kalo Anara gemes. Bilang aja lo suka sama dia kenapa si? Susah amat." Aku menatap Rendi tak suka, mengatakan gemas bukan berarti suka bukan?

"Udah lah bro, ngaku aj-"

"Tesis lo udah selesai Ren?" Potongku cepat.

"Jangan pindah topik deh Dan, kalo emang cinta bilang aja cinta. Lo tuh yah menurut gue entah itu jaim atau keras kepala, gak mau banget ngaku."

"Apaan si lo?! Ngomong lo tuh ya kayak pakar cinta, padahal sendirinya jomblo akut." Cibirku sambil terkekeh.

Rendi melirik jam di tangan kirinya kemudian menatapku tak enak, aku tau dia ada janji.

"Pergi aja." Ujarku santai seraya mengesap secangkir kopi di tanganku.

"Sorry Dan, ya udah gue duluan. Tolong bayarin kopi gue!" teriak Rendi yang sudah pergi menjauh. Aku menggeleng heran dengan tingkahnya, kadang sangat dewasa tapi kadang menyebalkan seperti itu. Dia sebenarnya temanku atau bukan si? Kenapa jika aku berbicara soal perempuan aku merasa selalu dipojokkan oleh Rendi.

"Bapak sangat tampan, tapi akan lebih tampan lagi jika bapak tersenyum dan tidak menyebalkan."

Tiba-tiba saja aku teringat perkataan Anara kemarin malam di Medan. Menurutku perkataan seseorang yang sedang mabuk itu kadang keluar dari hati kadang memang karena tidak sadar. Tapi aku yakin perkataannya malam itu jujur karena memang itu faktanya.

Oh sial! Kenapa bayangan ketika Anara menciumku terlintas begitu saja di kepalaku? Lupakan Ardan! Dia melakukannya saat tidak sadar, jika sadar dia tidak akan mungkin melakukannya. Tapi kenapa jantungku selalu berdegup kencang saat mengingatnya? Ah gadis koala itu sungguh membuatku gila.

Baru saja aku berusaha menepis semua pikiran tentang Anara gadis itu ada di depan mataku. Apa yang dia lakukan di Cafe ini? Kenapa dia ada disini? Jarak dari apartemennya ke Cafe ini lumayan jauh. Aku juga tidak menyadari keberadaan Anara disini, mungkin karena terlalu fokus bercerita saat di Medan pada Rendi.

"Anara?" panggilku sambil menghampiri mejanya setelah selesai membayar kopi tadi.

"Eh Pak Ardan, Bapak lagi ngapain disini?" tanya wanita di depan Anara, aku tau dia salah satu pegawai perusahaan, apa dia teman Anara yang bernama Feni itu?

"Tadi ada urusan ketemu seseorang disini, kebetulan liat kalian." Jelasku.

"Oh ... Bapak mau gabung?"

"Bol-"

"Aku ada urusan Fen, duluan ya." Baru saja aku ingin menyetujui ajakan Feni Anara langsung memotongnya dan pergi begitu saja.

"Ra?!"

"Saya kejar Anara ya," pamitku pada Feni, Feni mengangguk sambil mengernyit heran. Mungkin dia berpikir apa yang sedang terjadi antara aku dan Anara. Aku juga bingung kenapa Anara terlihat seperti menghindar dariku.

"Anara!" aku mengerjar Anara yang sudah berlari menjauh dari area Cafe, tapi Anara malah terus lari. Aneh.

"Tunggu." Aku berhasil megang tangan kanan Anara membuat Anara terhenti dan berbalik.

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang