Chapter12

567 23 0
                                    

| Entah Kenapa Air Mataku Selalu Saja Berani Jatuh Saat Didekatmu. Apa Panca Indra Mengerti Arti Kenyamanan? |

〰️▫️◽◻️⬜💜⬜◻️◽▫️〰️

"Jadi ini kerjaan darurat yang Bapak maksud?  Nemenin Bapak pilih baju?" tanyaku sinis, sudahlah aku benar-benar kesal sekarang! Demi kerjaan darurat yang Pak Ardan bilang aku bahkan menolak ajakan Reza. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan mereka berlama-lama ketemu, bisa berabe urusannya jika Reza tau siapa Ardan sebenernya.

"Menurut kamu untuk acara pembukaan nanti, saya pake jas hitam atau putih?  Soalnya saya jadi salah satu tamu penting disana, jadi harus keliatan perfect."

"Terserah!" ujarku malas, lebih baik aku melihat-lihat isi mall ini daripada melihat Pak Ardan yang ribetnya seperti cewek. Dia sudah gonta-ganti jas dari tadi padahal aku ingin cepat-cepat pulang ke hotel lagi, semoga saja Reza masih disana.

"Kalo kamu mau keliling Medan sama saya aja, gak usah sama orang lain. Disini kamu tanggung jawab saya, saya yang bawa kamu kesini. Kalo terjadi sesuatu sama kamu saya juga yang repot nanti." Ujarnya, aku masih membelakanginya melihat-lihat deretan kaos oversize kesukaanku.

Perkataan Pak Ardan memang ada benarnya tapi Reza juga tidak mungkin membiarkan sesuatu terjadi padaku, aku lebih hafal sifatnya dari siapapun.

"Boro-boro keliling Medan, keliling Jakarta aja gak pernah." Cicitku pelan, Pak Ardan memang tidak pernah mengajakku mengelilingi Jakarta, entah kenapa aku kecewa.

"Kenapa?"

"Eh? Nggak Pak, Bapak belum selesai juga?" tanyaku sembari berbalik. Pak Ardan masih memegang jas putih dan hitam ditangannya. Jadinya mau yang mana si? Ribet banget deh!

"Saya suka yang hitam tapi yang putih juga bagus. Gimana menurut kamu?"

"Ya elah Pak, kalo menurut Bapak kayak gitu ya buat apa nanya pendapat saya?" tanyaku kesal, bodo amat gak ada sopan-sopannya sama bos, palingan ntar ditinggal di Medan. What?! Jangan dong!

Segera ku ambil sebuah jas hitam dengan ujung lengan, kerah dan kancing yang berwarna putih.

"Nih yang ini aja kalo Bapak gak bisa pilih warna hitam atau putih." Pak Ardan mengambilnya kemudian tersenyum.

"Ayo cari buat kamu," aku terdiam. "Tenang, saya yang bayarin kok." Sambungnya.

"Saya ikut juga Pak? Nggak usah lah Pak, lagian saya kan gak ada kepentingan juga disana." Ujarku, tadinya aku berniat bertemu dan menghabiskan waktu dengan Reza, satu moment langka bisa bertemu Reza disini.

"Ayo!" Pak Ardan menarik tanganku mencari baju yang pas untukku, oh jika saja bukan pertemuan didepan banyak orang lebih baik aku memakai celana saja dibanding baju-baju ribet didepanku ini.

"Yang ini aja ya? Saya suka warna maroon gini." Ujarnya memberikan sebuah dress berwarna maroon dengan ikat pinggang kecil dipinggangnya dan sebuah bordiran di kerahnya. Pilihan Pak Ardan tidak terlalu buruk, dress ini bagus.

***

Saat ini aku tengah mengendap-endap keluar dari kamar hotel berniat pergi ke tempat makan untuk mencari Reza, semoga saja dia masih ada disana. Tapi sebelum kesana aku harus bisa lolos dulu dari Pak Ardan, jangan sampai dia melihatku. Aku tidak mau Reza dan Pak Ardan sampai bertemu, bisa perang dunia ke-3 nanti.

Aku berjinjit mengendap-endap melewati kamar Pak Ardan supaya suara kakiku tidak terdengar, sepatuku bahkan sudah ku buka.

Ckleek

My First Love is My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang