Covered Crime

31 9 0
                                    


"Kamu dipecat?" tanya nya lagi.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Soyeon, Dia tiba-tiba kembali terkejut.

Dia menaruh salah satu tangan nya untuk menutup mulutnya yang terbuka.

"Hidup ini beneran kejam ya. Aku tak menyangka sekarang nasibmu seperti ini, padahal baru saja tahun kemarin aku melihatmu di project iklan bareng y/n." lanjutnya memperlihatkan rasa iba dan menepuk pundakku.

Aku bingung harus menjawab apa.

Tapi karena sepertinya aku tidak akan bertemu Soyeon untuk kedepan nya,

Jadi aku biarkan dia berpikir sesukanya kali ini.

"Kamu? Kamu kenapa disini?" tanyaku balik.

Raut wajah iba Soyeon berubah kembali ke normal.

"Aku disini untuk melihat pacarku bekerja." ucapnya.

Karena dia sudah tidak ada kepentingan lagi denganku, dia kembali memakai kacamata hitamnya dan berjalan mendahuluiku.

"Tunggu!" sahutku.

Soyeon menoleh ke belakang.

"Pacarmu itu PD Kim?" tanyaku lagi.

Soyeon menunjukan raut wajah heran lalu dia membalas dengan nada dingin.

"Bukan urusanmu." ucapnya lalu pergi.

Tapi sepertinya kata-kata Leo benar.

Pacarnya Soyeon kali ini adalah PD Kim.

Atau aku bisa bilang, targetnya kali ini PD Kim?

Tapi aku kenal cara "berpacaran" Soyeon. Dia bukan tipikal orang yang mau mengunjungi tempat bekerja "pacarnya" itu.

Bahkan pada saat dia berhubungan dengan y/n pun dia tidak pernah sekalipun datang ke konsernya, walaupun y/n sudah meminta nya untuk datang.

Aku merasa ada yang menganjal. Akhirnya diam-diam aku mengikuti Soyeon.

"Chagiya~" sahut nya melihat PD Kim dari kejauhan dan memeluknya.

PD Kim baru saja keluar dari control room dan memeluk Soyeon. Lalu PD Kim melepas pelukan nya dan bertanya,

"Sudah makan siang?" tanya nya.

"Kamu lupa? Setelah ini aku ada pemotretan."

"Ah iya." balas PD Kim.

Lalu Soyeon melirik ke arah control room.

"Itu ruang kerjamu?" tanya Soyeon.

PD Kim melihat kebelakang.

"Bisa dibilang begitu, itu control room studio."

"Aku boleh lihat? Aku sangat penasaran dengan control room studio, biasanya hal itu hanya bisa aku lihat lewat drakor." ucapnya mulai berjalan mendahului PD Kim.

PD Kim mencengkram bahu Soyeon yang membuatnya terhenti.

"Sesuai dengan protokol perusahaan, ruangan itu hanya bisa dimasuki oleh pekerja inti."

"Weo? Kenapa hanya pekerja inti? Emang ada rahasia perusahaan atau semacamnya disitu. Itu aneh."

"Geumanhe. Itu protokol perusahaan."

"Chagiya.." ucap Soyeon dengan nada lembut mulai menyentuh kerah baju PD Kim.

"Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" ucap Soyeon.

Lalu dia mulai berbisik ke telinga PD Kim.

"Aku tahu segalanya tentangmu."

Lalu Sooyeon kembali ke posisi semulanya.

PD Kim menatap dia selama beberapa saat.

Dan dia membuka jalan ke Soyeon.

"Hanya 5 menit, karena waktu istirahat crew tak lama." ucap PD Kim.

Soyeon tersenyum. "Aku hanya melihat-lihat, untuk apa juga aku berlama-lama."

Lalu dia berjalan mendahului PD Kim dan mereka masuk ke control room.

Aku sebenarnya tidak tahu apakah Soyeon memang penjilat yang handal atau PD Kim memang lemah terhadap perempuan.

Tapi dia berhasil masuk ke ruang control room dengan mudah.

-------------------------------------------------------------

Sejujurnya, ini gila.

Tapi memang kata-kata gila cocok untukku. Setelah kupikir-pikir, kalau aku mendapat informasi ini dan memberikan nya ke wartawan, mungkin karirku bisa meroket.

Anggap saja seperti batu loncatan, orang-orang mungkin akan melihatku sebagai figur yang "bersih" dan seseorang yang berjasa.

Atau mungkin tidak. Tapi rasa penasaranku melampaui akal sehatku, jadi hari ini aku akan mengikuti insting.

Aku sudah menelefon PD Kim, dan mengatakan hari ini aku akan mampir sebentar ke studio sebelum nanti ada jadwal pemotretan.

Aku melihat sekeliling control room.

Ruangan nya gelap dan dipenuhi dengan meja monitor,kursi dan tentu nya layar yang menunjukan semua angle camera di studio.

"Memang benar-benar seperti di drakor." ucapku.

Lalu aku menyentuh sebuah kursi ditengah.

"Ini pasti tempat dudukmu." ucapku dan duduk di kursi PD Kim.

"Pemandangan disini keren." Lanjutku memuji sudut pandang kursi itu.

Dan lalu perhatianku teralih ke sebuah laptop yang berisi angka.

"Apa itu hasil voting?"

"Iya." balas PD Kim.

"Kamu sedang memanipulasinya sekarang?"

PD Kim tertawa. "Apakah itu terlihat seperti manipulasi? Itu adalah angka aslinya. Tau apa sih kamu ini?" Balasnya dengan sedikit arogan.

Orang ini jelas meremehkanku dari pertama kali dia mengatakan manipulasi voting dengan sesantai itu.

Aku memaksakan senyumku padanya.

Aku diam-diam mengeluarkan handphone dan menfoto angka manipulasi voting tersebut. Belum sedetik aku ingin menaruh handphone nya kembali ke tas, PD Kim tiba-tiba mengatakan,

"Ini sudah 5 menit, ayuk keluar." ucapnya melihat arloji lalu menarikku.

Untung saja. Mungkin kalau aku telat, aku bisa langsung ketahuan olehnya.

Segera aku mengubah wajahku dengan senyum palsu dan melepas cengkraman tangan nya.

"Terimakasih Chagiya." ucapku lalu mencium pipi nya.

Kita pun keluar dari control room.

Photo by: WIZ*ONE FOREVER

My Bae is an IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang