Violeta

39 7 0
                                    

Di perjalanan pulang menuju apartement Kevin, seseorang menelefonku.

Aku langsung menyambungkan call ke bluetooth mobil karena sedang menyetir.

Dan yang menelefonku adalah Jjangmae.

"Ya! Kamu tau sekarang ini jam berapa?! Sekarang sudah jam 11 malam disini. Tolong lihat kondisi!" Omelku.

"Soyeon dia mendapatkan bukti asli manipulasi itu." ucapnya tiba-tiba.

Gara-gara Jjangmae, aku terkejut hingga berhenti mendadak di tengah-tengah jalan. Sontak saja mobil dibelakangku langsung klackson dan marah seraya mengatakan.

"Watch your way dude!" Ucapnya membuka kaca jendela dan menyetir mendahuluiku.

Setelah itu aku memarkirkan mobil di tepi jalan dan melanjutkan pembicaraan.

"Ottoke?! Bagaimana itu mustahil??" Tanyaku

———————————————————————-

Satu jam sebelum Jjangmae menelfon y/n.

Soyeon dan PD Kim keluar dari ruang control room. Mereka berpelukan (lagi) lalu berpisah. PD Kim kembali ke ruang control room dan Soyeon berjalan keluar dari studio.

Aku mengikutinya sampai keluar studio dan menarik lengan Soyeon.

Sontak Soyeon dia menampar wajahku.

"Kau sudah gila rupa nya." Ucapnya menarik lengan nya.

"Joseonghamnida. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi saya butuh menanyakan sesuatu." Ucapku meminta maaf dengan formal ke Soyeon sambil memegangi pipi.

Tamparan nya bukan main-main.

Soyeon melihatku dengan tatapan annoyed lalu dia melipat kedua tangan nya.

"Sebaiknya kamu mengatakan hal itu dengan cepat, karena saya ada jadwal setelah ini." Ucapnya.

Aku menelan ludah, menghirup udara dalam-dalam, dan menyiapkan diri untuk berbicara kepada Soyeon.

Yang membuat dia semakin penasaran.

"Anda berpacaran dengan PD Kim?" Tanyaku lagi.

Soyeon tercengang mendengar pertanyaanku.

Raut wajahnya juga langsung berubah, sudut mulutnya mencibir, dan dia mengangkat alisnya.

"Na joahae?"

Orang ini tingkat kepercayaan dirinya tinggi sekali.

Seolah-olah aku tidak mendengarkan Soyeon, aku kembali melanjutkan pertanyaanku.

"Kenapa kamu ingin masuk ke control room studio?"

Soyeon menunjukan ekspresi orang-ini-sudah-hilang-akal-sehat.

"Sepertinya kamu mengikutiku. Siapa bilang kamu boleh mengikutiku? Seharusnya kamu fokus saja dengan pekerjaanmu, daripada mengikutiku." Balasnya.

"Joseonghamnida kalau saya mengikutimu. Tapi apakah anda tahu sesuatu tentang manipulasi voting di show?" Tanyaku blak-blakkan.

Ekspresi Soyeon kali ini sama sekali tidak bisa dibaca.

Aku tidak tahu apakah dia berusaha menyembunyikan rasa terkejut dibalik pertanyaanku atau dia memang tidak tahu apa-apa.

"Museun tteusiya? Aku tidak paham akan satu hal yang kamu katakan-" Balasnya lalu aku memotong Soyeon.

"Apakah itu alasan anda untuk datang ke ruang control room, walaupun tahu itu sebenarnya dilarang?" Tanyaku kembali.

"Sepertinya kamu tidak paham. Aku tidak tahu apapun yang kamu katakan sekarang ini. Jadi berhentilah membuang waktuku dan bertindak seperti orang gila!" Teriaknya.

Soyeon berjalan pergi menjauh dariku.

aku segera berteriak.

"Saya hanya ingin anda tahu bahwa kita berada di pihak yang sama!" Teriakku.

Soyeon tanpa menoleh sedikit pun dia tetap berjalan.

———————————————————————

"Sepertinya dari gerak gerik nya dia mendapat banyak evidence dari kita. Bagaimana kalau kamu berusaha membujuknya?" Tanya Jjangmae.

"Berusaha membujuk dengan apa? Dengan balikan dengan dia? Hanya itu yang dia mau dariku." Balasku.

Jjangmae terdiam.

"Terus harus bagaimana? Aku pikir Soyeon sudah selangkah lebih maju dari kita." Ucap Jjangmae.

"Lagipula ini juga aneh, kenapa dia mau involved ke hal seperti ini? Aku masih tidak mengerti motif dibaliknya." Ucapku.

Aku kembali berbicara ke Jjangmae,

"Kenapa tidak kamu saja yang dekati dia dan berusaha membujuknya? Kalian kan sudah saling bertemu. Gunakan saja kesempatan nya." Ucapku

"Aku? Bagaimana? Cewek itu, oh maksudku Soyeon dia itu terlalu gila! Aku tidak bisa mendekati orang seperti itu!" Balasku menolaknya.

"Tapi kamu tidak punya pilihan lain." Ucapku.

Jjangmae terdiam.

"Kamu tahu bahwa kamu adalah salah satu orang gila yang menyebalkan?" Ucap Jjangmae sarkas.

"Saranghae." Candaku seraya tersenyum.

Photo by: parallel universe

My Bae is an IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang