Us

32 4 0
                                    


Setelah percakapan tadi, kita berjalan di dalam keheningan. Aku kembali ke rumah dan mengantarnya ke tempat dia memarkirkan mobilnya.

Sejujurnya, sekarang situasiku sedang sulit.

Bahkan aku tidak mengharapkan sesuatu yang lebih baik dari situasi ini, tapi malah mendapat jawaban yang tidak menggenakan dari orang yang tidak kuduga.

Karena itu secara tidak sadar aku menangis dihadapan nya.

Sebaliknya, dengan dingin dia tetap berjalan di belakangku tanpa memedulikanku.

Sekarang aku membenci nya.

"Kita sudah sampai." ucapku tanpa menoleh ke belakang dan langsung membuka pagar rumah,
sedangkan dia menghampiri mobilnya.

"Aku duluan." ucap y/n membuka pintu mobil.

Ketika aku membuka pagar mendadak ayah keluar.

"Hyewon, ada tamu? Kok ga bilang? Siapa itu?" tanya ayah sambil celingak-celinguk ke arah mobil y/n.

Belum sempat aku menjawab, mobil y/n sudah berada di depan ayahku dan aku.

Tiba-tiba y/n membuka kaca mobil,

"Annyeonghaseyo." ucapnya menyapa ayahku dengan tersenyum.

"Kamu kenal Hyewon?" tanya ayahku berjalan melewatiku dan mendekati mobil y/n.

"Appa!" teriakku menarik ayah.

"Kebetulan saya sunbaenim nya Hyewon, abboji." balasnya.

"Jinja? Mau kemana kamu malam-malam begini?"

"Saya ingin kembali pulang."

"Malam-malam begini? Apa rumahmu dekat?"

"Aniyo, saya tinggal di Seoul."

"Seoul? Jauh sekali! Menginaplah disini dan pulang besok!" ucapnya berusaha membujuk y/n.

Aku terkejut dengan usulan ayah.

"Appa! Jeongmal?Kenapa??"

Tanpa memedulikanku ayah kembali membujuk y/n dan akhirnya dia keluar dari mobil.

"Appa! Kenapa ayah cuekin aku sih? Kenapa kita harus menerima tamu malam-malam gini!" teriakku dengan nada panik

"Ada apa? Ini sudah tengah malam, kasihan pemuda ini harus pulang malam-malam. Ayo nak, menginap disini dahulu saja." Ucapnya merangkul y/n.

"Komapseumnida abboji, maaf merepotkan." ucapnya yang akhirnya menerima usulan itu.

"Gwaechana. Hyewon, katakan kepada ibumu kita punya tamu hari ini dan suruh dia tidur di kamar tamu." ucap Ayah

"Tapi.." ucapku terpotong ayah

"Ayok cepat! Diluar sudah dingin." Desak Ayah

Akhirnya aku masuk ke rumah dan memberi tahu Ibu dan adik. Tentu nya mereka semua kaget.

"Laki-laki...pacarmu kak? Wahhh!" ledek adek.

"Hey! Bukan! Dia seniorku tahu!" balasku

"Seniormu? Jadi dia idol dong!" Balasnya.

Tak lama y/n dan ayahku masuk kerumah.

Mulut adikku tergangga lebar.

"Michida!" sahut adikku terkaget

Aku menyenggol lengan nya.

dia langsung mendekati y/n dan melihat wajahnya.

"Wah...." ucapnya dengan tatapan terpesona.

Lalu dia segera menggantikan posisi ayah dan membawa y/n ke kamar tamu.

"Aku adiknya mahluk ini... ani, maksudku Hyewon. Biar aku tunjukkan kamarnya." Ucapnya membawa y/n

Ibu menatap adek sambil mengeleng-geleng kepala.

"Adikmu itu norak sekali ya. Bisakah dia bersikap
normal saja?" Ucap Ibu

Aku melirik ibu dengan tatapan tidak percaya.

"Apakah ibu benar-benar bisa bersikap normal saja? Daritadi bahkan ibu tidak mengucapkan sepatah katapun karena terlalu gugup." Balasku

"Emang kalian kenapa tidak bisa bersikap normal?" Tanya Ayah bingung dan tiba-tiba ikut dalam perbincangan aku dan ibu.

"Ayah tidak tahu dia?!" Sahutku

Ayah menunjukan raut wajah yang semakin bingung.

"Inilah kenapa aku menyuruhmu untuk menonton TV." Balas ibu seraya menghela nafas.

————————————————————————

"Selamat pagi pak Direktur" ucap seseorang membungkuk padanya dan mempersilahkan dia untuk duduk.

Direktur duduk dengan nyaman dan meminum secangkir kopi yang disediakan.

"Bagaimana keadaan perusahaan?" Tanya Direktur

"Seperti yang diberitakan, perusahaan kita juga terkena imbasnya karena pemberitaan tentang manipulasi voting." Ucapnya

Direktur menyeringai.

"Sejujurnya saya tidak tahu alasan dibalik perusahaan voting show mau membocorkan informasi manipulasi voting yang memang sudah lama terjadi. Tapi saya mengerti aksi heroik anda." Ucap Direktur

Orang itu terlihat terkejut dengan pernyataan Direktur yang terkesan mendadak dan gugup dengan ucapan nya.

"Tapi mengapa sekarang? Setelah berbagai show? Sebenarnya saya penasaran. Apa yang membuat anda tiba-tiba seperti ini?" Ucap Direktur kembali.

"Maafkan kami, tapi kami tidak bisa lagi mentolerir hal ini lagi." Ucapnya menatap ke bawah, karena tidak berani menatap direktur.

Direktur mengangguk

"Tentu saja, untuk apa kamu melakukan hal itu kalau masih bisa menahan nya?" Balasnya

Direktur itu mulai mendekatkan dirinya pada lawan bicara nya.

"Saya hanya ingin anda tahu bahwa apa yang anda lakukan sekarang, tidak akan berefek apapun terhadap perusahaan pusat. Tapi mungkin ini akan jadi boomerang untuk anda?" Lanjut nya dengan nada yang sarkas.

"Dan tolong katakan juga pada orang dibalik aksi ini, dia tidak akan lolos dari saya." Ucap Direktur

Dan dia beranjak dari duduknya dan langsung pergi.

Photo by: Pinterest

My Bae is an IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang