Usai pemotretan aku berjalan pulang naik taksi. Aku merapatkan alisku seraya menatap layar handphone. Kini aku mendapatkan dua evidence kuat, yaitu rekaman suara dan juga bukti asli voting.
Bukankah ini cukup?
Saya hanya ingin anda tahu bahwa kita berada di pihak yang sama!
Tiba-tiba aku teringat kata-kata manager y/n.
Oh bukan, mantan manager y/n.
Tapi kenapa dia mengatakan hal seperti itu?
Soal dia dipecat sebagai manager y/n juga hal yang aneh. Bukankah mereka teman SMA? Kenapa dia memecat nya? Apakah dia setidak becus itu menjadi manager?
Tapi kalau itu memang benar, seharusnya y/n melakukan nya dari dulu. Kenapa baru sekarang?
Tunggu....
Apakah ini rencana y/n?
Jadi y/n juga berusaha mendapatkan bukti asli manipulasi voting? Untuk apa? Kenapa dia mau bersusah payah sampai sejauh ini?
Ini menarik.
Aku menyeringai selama perjalanan pulang.
———————————————————————
Beberapa hari sebelum shooting produce X 101
PD Kim kembali menuruni tangga dari ruang tersembunyi di basement. Dia kembali menemui asisten produser yang disekapnya.
Asisten produser itu tertidur. Tetapi langsung membuka matanya begitu mendengar ada suara langkah kaki dan lampu yang dinyalakan.
Kali ini asisten produser itu sudah terlalu lemas untuk mengerang dan dia hanya menatap PD Kim.
PD Kim berjalan ke arah asisten produser tersebut dan melemparkan sebuah amplop. Asisten produser itu melihat amplop terlempar dan jatuh ke lantai tepat di hadapan nya. Lalu dia kembali menatap PD Kim.
"Itu surat pengunduran dirimu. Kamu dikeluarkan dari jabatanmu sebagai asisten produser." ucap PD Kim.
Mata asisten produser itu membelalak dan mau mengucapkan sesuatu tetapi terpotong oleh PD Kim.
"Kalau kamu ingin keluar dari sini hidup-hidup, maka kamu harus menyingkir dari tempat ini."
Matanya kembali sayu dan pasrah.
Setelah melihat asisten produser itu, PD Kim mendekatinya dan mulai membuka penutup mulut dan ikatan di tubuhnya.
"Terimakasih sudah bekerja dengan baik sebagai asisten produser." ucap PD Kim.
--------------------------------------------------
Shooting produce X 101 usai dan seluruh tim konsumsi merapikan box makanan untuk dibuang di luar studio.
Setelah menelepon y/n, dia memberiku nomor Soyeon dan memintaku untuk menemuinya.
Aku menghela nafas.
Sudah jelas-jelas akan lebih mudah untuk y/n saja yang mengurus soal Soyeon. Kenapa pula dia harus memberikan nya ke aku? Tadi saja dia sudah sempat mengira aku mau mendekati dia.
"Ada apa Jjangmae? Kenapa kamu kusut begitu?" tanya salah satu tim konsumsi.
"Hah...Biasa soal perempuan. Kenapa pula harus aku yang melakukan pekerjaan nya?" balasku.
Dia tertawa dan menjawab, "Laki-laki itu memang selalu salah di mata perempuan."
"Kamu habis berantem dengan pacarmu? Tadi sepertinya kamu telfonan cukup lama." ucapnya lagi.
"Berantem? Lebih terkesan merepotkan." balasku.
"Heyy, kamu tidak boleh bilang begitu ke pacarmu. Dia akan sakit hati kalau mendengar ucapanmu."
"Kalau aku boleh memberi saran, cepat telfon dia lagi, dan katakan saja kamu bersalah dan meminta maaf. Pasti urusan akan cepat selesai." balasnya lagi.
Menelefon nya? Iya juga ya.
Aku hanya akan tinggal menelefon nya. Kalau dia tidak mau, maka y/n harus turun tangan. Aku tidak perlu membujuknya.
Setelah pekerjaan selesai, aku berpamitan dengan semua staff tim konsumsi.
Aku menyetir pulang untuk kembali ke apartemenku.
Dan aku menelfon Soyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bae is an Idol
FanfictionKang Hyewon member kedelapan IZONE dating sama Idol lain yang jauh lebih terkenal? Siapa dia? Siapa sosok misterius yang selalu mengsupport Hyewon selama karirnya sebagai Idol? Bagaimana hubungan mereka berlanjut dengan semua drama yang terjadi? P...