Return

26 5 9
                                    


Kini aku sedang menyetir untuk pergi ke suatu tempat.

Dan aku sampai ke sebuah perusahaan jurnalistik kecil yang berada di gedung tua bertingkat dua yang sudah tua.

Aku memarkirkan mobilku dan turun dari mobil.
Setelah itu aku masuk melalui pintu kaca, yang sepertinya tidak pernah dilap. Begitu aku masuk, tepampang lobi dengan meja counter di sudut ruangan.

Tapi di counter tersebut sudah tidak ada orang.

Lalu aku langsung naik ke lantai dua dengan tangga yang kotor. Ketika aku menyentuh pegangan tangga tersebut, aku langsung menarik tanganku kembali. Karena betapa berdebu nya pegangan itu.

Di sepanjang lorong tangga, tertempel cuplikan koran yang sudah lama yang meliput berita-berita. Perusahaan ini dulu berjaya pada masa nya hingga sekarang sudah hampir bangkrut.

Setelah sampai ke lantai dua, aku mendorong pintu berwarna hijau di hadapanku dan terlihat sebuah kantor kecil nan berantakan di dalamya.

Kantor kecil itu dilengkapi dengan dua desk kerja, dan tumpukan buku dan koran yang berserakan dimana-mana. Tempat ini lebih mirip gudang ketimbang kantor.

Dan seorang ahjussi duduk di sebuah sofa warna beige yang lusuh seraya memanggilku.

"Soyeon" ucapnya

Aku berjalan ke arahnya dan duduk di hadapan nya.

"Tidak kusangka tempat ini menjadi lebih buruk dari dugaanku." Ucapku berhati-hati duduk di sebuah kursi yang sudah lapuk.

Sangking takutnya aku terjatuh dari kursi itu, aku tidak benar-benar duduk. Kau tahu? Tipikal orang yang duduk tapi tidak benar-benar menaruh beban tubuhnya di kursi.

Dan itu yang aku lakukan sekarang.

Setelah itu ahjussi itu berdiri mengambil termos dan mengambil gelas kertas lalu dia menuangkan teh barley.

Setelah dia selesai menuangkan, aku mengambil gelas kertas itu dan menyeruputnya. Lalu aku mulai berbicara,

"Aku punya berita bagus untuk perusahaan kumuhmu ini." Ucapku.

———————————————————————

"Kalau boleh tau, kamu dari agensi mana?" tanyaku.

"Dulu aku dari agensi Starland dan sekarang aku Indie." balasnya.

Itu adalah pertanyaan yang aku tanyakan ke Yuri ketika menemani Leo.

Firasatku mengatakan bahwa dia korban manipulasi voting.

Ketika aku sibuk dengan pikiranku, Jjangmae tiba-tiba menaruh setumpuk dokumen di hadapanku hingga aku terperanjat.

Sekarang, aku sudah kembali ke penthouse kesayanganku.

"Tentukan yang mana yang mau kamu kerjakan." ucapnya.

Aku melihat tumpukan dokumen itu dengan takjub.

"Ini semua kontrak kerja? Sebanyak ini???" ucapku tidak percaya seraya mengintip dokumen-dokumen itu.

"Tidak usah berpura-pura. Itu tidak akan berhasil. Kamu sudah biasa menerima hal seperti ini. Ini adalah hal yang seberapa bagimu."

Aku tertawa.

"Ottoke? Aku memang terlalu hebat, sampai-sampai dunia tidak pernah membiarkan aku untuk istirahat." Ucapku merentangkan kedua lenganku.

Jjangmae menatapku dengan sinis. "Tidak usah terlalu dramatis dan cepat tentukan saja. Biar pekerjaanku cepat selesai."

Setelah itu aku mulai memilah dokumen di hadapanku.

Lalu Jjangmae duduk di hadapanku dan menatapku.

"Ngomong-ngomong bagaimana kamu melakukan nya?" tanya nya.

"Melakukan apa?"

"Mendapatkan bukti asli manipulasi voting dari perusahaan SMS itu. Maksudku, itu bahkan diluar jangkauan kita."

"Kamu kan tidak bisa melakukan nya hanya karena merasa aneh dengan hasil voting di show. Maksudku aku yakin banyak orang berpikir seperti itu, tapi itu tidak cukup valid untuk membuktikan manipulasi voting di show." Lanjut Jjangmae.

Seperti yang kamu katakan, mereka mungkin sebenarnya tahu, tapi mereka mencari aman. Bukankah itu akan semakin sulit?" Tanya Jjangmae.

"Sekarang, situasinya sudah mulai berubah." Balasku

"Berubah bagaimana?" tanya Jjangmae

"Karena sudah ada orang seperti kamu dan Soyeon. Ketika akan dilaporkan, akan aku pastikan bahwa Soyeon juga akan diperiksa. Dengan begitu, kita tidak perlu membuat tangan kita kotor."

"Pihak show, mereka jadi tidak akan tahu bahwa sebenarnya kamu yang menjebak mereka?" tanya Jjangmae

Aku mengeleng kepala.

Photo by: SIXC

My Bae is an IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang