The Truth Untold

778 113 30
                                    

"Avada Kedavra!"

Kepala Harry nyaris saja terkena serangan kejutan itu. Kilat cahaya hijau menyambar sebuah rak buku tua. Hanya sepersekian senti dari ujung rambutnya. Bersyukurlah pada refleks tubuhnya selama bertahun-tahun yang terlatih hasil kejaran death eater. Dia berhasil merunduk dan berguling ke kolong meja.

"Kenapa bersembunyi Potter? Kemana semua keberanianmu yang diagung-agungkan orang-orang itu?" nada mengejek Voldemort membuat Harry geram.

'Neville, bisa-bisanya kau melakukan ini padaku!' kesal Harry dalam hati.

Dia sudah dijebak oleh temannya sendiri. Oleh seorang mantan Gryffindor yang mati dihadapannya. Dia pikir di saat terakhir, Neville tidak akan membohonginya. Dia pikir keturunan Longbottom itu masih peduli padanya. Masih berusaha menghentikan perang ini.

Tapi salah!

Dia dibohongi!

"Ku pikir Neville berbohong saat bilang dia akan mengirimmu padaku. Tak kusangka dia benar-benar melakukannya. Menjebak temannya sendiri menuju kematian. Hahaha."

Voldemort melemparkan sihir. Bunyinya seperti suara berondongan senapan yang ditembak berkali-kali. Meja tempat Harry bersembunyi mulai bergetar. Harry mengirim mantra yang membuat lantai licin dengan niat membuat Voldemort terpeleset. Voldemort langsung berpindah untuk menghindar. Saat Voldemort terdistrak, Harry berlari untuk melemparkan beberapa mantra sebelum kembali bersembunyi diantara rak.

Voldemort menggeram. Dia memelintir tangannya membuat beberapa besi rak melayang dan meluncurkannya ke Harry. Pemuda Potter itu menggeser satu buah patung besar untuk melindunginya dari besi-besi tajam itu.

"Bombarda!"

Voldemort menghancurkan patung itu dengan brutal hingga puing-puingnya mengenai lilin-lilin penerangan di dalam ruangan. Harry yang berhasil berlindung lagi balik menyerangnya dengan melemparkan kursi kepala sekolah ke arah Voldemort. Suara boom keras menghancurkan kursi kebesaran itu.

Mereka saling melempar serangan. Tidak ada satupun yang mau menyerah. Ruangan kepala sekolah hancur oleh serangan mereka berdua. Lilin-lilin penerangan mati semua membuat ruang itu gelap.

Di tengah perang mantra, ada satu pohon berbatang gemuk di dalam ruangan, satu-satunya tanaman yang out of place di situ. Pohon itu diletakkan disudut ruangan dengan sihir pelindung mengelilinginya. Pelindung pohon itu terkikis sedikit demi sedikit karena percikan-percikan sihir dari pertarungan Voldemort dan Harry Potter. Saat pelindung hancur, batang pohon itu bertumbuh pesat dengan cepat. Batang itu membesar dan terus membesar hingga jatuh ke lantai. Ruangan yang gelap menambah kecepatan pertumbuhan tanaman itu. Sulur-sulur sebesar batang glonggongan menyebar mendekati dua penyihir yang terus bertarung. Harry dan Voldemort tidak menyadari ada makhluk lain di ruangan hingga kaki mereka terjebak oleh sulur-sulur besar.

"Apa!"

"Argh!"

Tanaman itu menyeret Harry dan Voldemort. Sulur besarnya menjerat kaki dan menyeret mereka ke tengah ruangan. Voldemort mencoba melenyapkan tanaman itu dengan sihir penghancur. Seakan tahu akan ada yang membahayakan dirinya, tanaman itu segera melucuti tongkat Voldemort sebelum berhasil mengucapkan mantra.

Harry merasakan dejavu terbelit oleh tanaman ini. Dia menyadari tanaman apa ini. Devil snare, tanaman rambat yang dia temui saat tahun pertama di Hogwarts. Dia mencoba mengingat apa yang harus dilakukan jika terjebak di tanaman ini. Tapi karena kelamaan, tanaman itu keburu menjatuhkan tongkatnya dari tangannya. Tongkat yang dibawanya itu tenggelam di antara sulur-sulur hijau besar yang saling tindih menindih.

"Neville sialan! Kenapa dia menaruh tanaman sialan ini di sini?! Khh" kesal Voldemort.

Dia ingat kalau Neville pernah meletakkan satu pot tanaman di ruangan ini. Sekarang tanaman aneh itu menghentikannya untuk membunuh musuh besarnya. Bahkan membuatnya terlilit dengan memalukan tanpa bisa melepaskan diri. 

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang