Voldemort masih merasa kesal dengan ulah Harry Potter yang meneriakinya. Dia tahu bocah itu marah. Voldemort sendiri juga marah kok dengan ulah Pak Tua jenggotan sialan itu. Sudah dari lama malah. Sekarang setelah semua yang terjadi, bocah itu akhirnya mengerti betapa berbahayanya Dumbledore.
"Anak muda jaman sekarang tidak ada sopan santunnya pada yang lebih tua."
Oke mungkin dia berlebihan dalam bersikap. Memberikan ultimatum penyerangan hanya agar bocah itu keluar. Niatnya ingin mengambil kembali hocrux miliknya. Tapi apa, sepanjang perjalanan dia lupa. Hanya rsa kesal benci dan marah yang ada setiap melihat bocah itu. Sekarang dia tidak tahu apa hocruxnya masih ada.
"Aku hanya ingin semua ini selesai, membunuh Potter lalu leha-leha di rumah dengan Severus. Sekarang tidak hanya aku tidak bisa santai-santai, pak tua itu masih berkeliaran diluar sana sambil merencanakan kejatuhannya! Demi Janggut Merlin yang aku tidak tahu dia punya janggut atau tidak, kenapa Neville tidak mengatakannya padaku daripada memilih mati konyol seperti itu?!"
Sebenarnya hal yang dilakukan Neville cukup logis. Dia tidak bisa pergi ke Order karena mereka sangat pro Dumbledore. Potter sendiri juga bukan pilihan bagus karena dia terlalu awam mengenai sistem dunia sihir bekerja. Lagipula anak itu terlalu menghormati Dumbledore dan tidak akan terima begitu saja kepala sekolah mereka disalahkan. Death eater, walau banyak yang membenci Dumbledore, tidak semuanya bisa diajak bekerja sama. Bahkan mertuanya saja-Lucius, sangat membencinya karena menikahi Draco terlalu muda. Lalu kenapa tidak datang kepadanya?
'Mungkin karena aku terlalu sibuk (dengan Severus) untuk peduli. Mungkin juga jika aku mengetahui kebenarannya, dia takut janjiku untuk menjauhkan Malfoy junior dari perang akan tidak berlaku lagi. Dia menukar nyawa dengan nyawa. Bisa juga karena dia baru berhasil mengumpulkan barang buktinya baru-baru ini atau... dia memang suicidal.'
Voldemort merengut memikirkannya. Pikiran seperti itu sangat tidak sehat. Orang harus bisa menghargai diri sendiri, menghargai hidup! Kenapa dia bisa berpindah ke asrama Slytherin?!
"My Lord."
Seruan serentak dari para death eater yang sudah berkumpul di hutan terlarang menyambutnya. Voldemort bisa melihat jumlah pasukannya berkurang. Kondisi yang datang pun sudah berantakan. Bahkan Lucius yang selalu bangga dengan tampilan rapi dan rambut klimisnya terlihat memiliki luka diwajahnya.
"My Lord, apa Potter sudah mati?" senyum gila Bellatrix. "Apa sudah saatnya perayaan?" tanyanya antusias.
"Potter belum mati."
"Lalu kenapa..."
"Ada sesuatu yang kutemukan saat bertarung melawannya." Bukan sesuatu, tapi beberapa kenyataan yang menyebalkan."gunakan waktu ini untuk menangani luka kalian."
Dia merasa sangat out of character setelah mengatakan itu. Seharusnya Dark Lord tidak terlalu terbuka menunjukan perasaan. Tapi itu bukan masalah penting sekarang. Semakin banyak pengikutnya yang selamat hari ini akan semakin baik untuknya. Terutama mencari pak tua menyebalkan yang membuatnya sakit kepala.
Voldemort mengtransfigurasi kursi dari sebuah ranting pohon yang berserakan di lantai hutan. Dia duduk layaknya berada di kursi singgasana sendiri memunggungi orang-orang. Dia memikirkan langkah-langkah setelah ini. Terutama masalah Potter yang menjadi horcrux terakhirnya.
'Bagaimana bisa? Kapan aku membuatnya? Apakah malam aku membunuh keluarga Potter, tanpa sengaja aku membuatnya?' dia mengerutkan keningnya. "Sepertinya memang malam itu. Berarti jika aku bunuh Potter hari ini, sama saja dengan bunuh diri.'
Dia bisa masuk jebakan pak tua itu jika Neville tidak memberikan memorinya.
'Aku juga tidak boleh lupa menanyakan keberadaan horcrux ku yang dicolongnya. by the why dimana Nagini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Bat
FanfictionWarning Yaoi/Boyxboy. Severus Snape X Harry Potter. Snarry. Summary: Oh Merlin! Cobaan apalagi yang kau berikan padaku. Dosa apa yang kulakukan hingga kau menjadikan anak dari musuh bebeuyutanku sebagai mate-ku. Well, banyak.