party night (maybe)

2.5K 223 13
                                        

Kalian harus tahu gue cringe sendiri baca apa yang gue tulis. Wkwkw

Btw di sini warning yah warning!

.

.

Kematian Dumbledore yang begitu tiba-tiba membuat awan berkabung menutupi para penghuni Hogwarts. Tidak hanya itu, seantero dunia sihir Britainia Raya juga ikut berkabung. Harry menatap sedih pusara putih milik Dumbledore. Dia masih juga tidak percaya bahwa mentornya sudah tiada. Sosok kakek yang mengayominya. Walaupun di masa-masa terakhirnya dia sempat meragu atas niat sebenarnya pria tua itu. Tapi tidak bisa dia pungkiri ada kesedihan yang dalam saat satu lagi orang yang dikenalnya tiada.

"Ini semua salahku..." gumamnya pada dirinya sendiri.

"Aku ada disana dan tak bisa berbuat apa-apa.." lagi monolognya menghukum diri.

"Aku benar-benar anak pembawa kesialan."

Mata beriris hijau itu tidak lagi berkaca-kaca. Sudah banyak airmata yang terkuras dari mata uniknya. Dia hanya menatap sendu penuh penyesalan. Semua hal buruk yang terjadi karena dirinya tidak sanggup melawan sang penyihir hitam. Memangnya siapa dia, dia hanyalah anak kecil yang belum beranjak dewasa. Dia hanya Harry dari Privet Drive, si anak laki-laki kurus yang selalu merepotkan.

"Sudah hampir malam Harry, sebaiknya kau kembali ke kastil." 

Suara laki-laki yang dalam tapi lembut penuh aura wibawa.

"Professor?!"

"Aku sudah bukan Professormu lagi Harry." ujar laki-laki dengan penuh luka sayatan di wajah tampannya.

"Remus.."

"Ayo"

menggiring Harry menuju kastil raksasa Hogwarts.

.............................................................................................................................................................................

Harry digiring ke sebuah ruangan. Ah tidak, maksudnya itu ruang kepala sekolah, yang sementara waktu akan di tempati Prof. McGonagall. Lilin-lilin redup menerangi seisi ruangan. Pigura-pigura kepala sekolah dengan piyama terpasang apik disana. Termasuk salah satu pigura baru yang baru dilihat Harry, pigura Dumbledore yang sedang tertidur dikursi dengan kacamata bulan separonya.

"Hai Harry, kau tidak apa-apa?"

Suara wanita berambut merah, bungsu weasley. Harry tidak menjawab, dia hanya diam dan memilih ke pojokan. Baru dia sadari kalau diruangan ini sudah berkumpul orang-orang Order of Phoenix. Sebagian besar adalah orang-orang yang sudah dia temui selain Remus dan Tonks yang terlihat bersama. Si kembar Weasley yang saling berkomunikasi lewat mata. Lalu dua orang temannya yang tetap mesra. Harry mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak melihat pemandangan menyakitkan mata yang dilakukan kedua sahabatnya itu.

Perapian berkobar hijau terang dan muncul dua orang laki-laki. Satu yang dikenal dengan Mad-eye Moody. Lalu satu orang lagi berkulit hitam berbadan besar yang tidak dia ketahui.

"Alastor, Kingsley, bagaimana?" itu suara McGonagall, suaranya penuh dengan nada khawatir.

"Semua kacau!!" seru Mad-eye.

"Benar-benar tidak baik Minerva." ujar orang yang dipanggil Kingsley.

"Para dewan sihir sedang rapat untuk menentukan langkah kedepan sekaligus memilih Mugwump Supreme dan Chief Warlock yang baru. Terlihat sangat tergesa. Dengan tidak adanya Dumbledore banyak orang panik. Mereka meminta anak-anak untuk dipulangkan ke rumah sampai situasi cukup aman."

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang