Can't sleep

4.9K 513 123
                                        

"Har...Harry?"

Pemuda dengan iris hijau tersentak dari lamunannya. Dengan cepat dia menoleh pada temannya yang berambut merah dengan bintik-bintik di wajah.

"Dari tadi aku memanggilmu. Kau tidak apa-apa Harry? Apa yang diinginkan greasy git itu?"

" Aku baik-baik saja. "

Keduanya diam. Si rambut merah memperhatikan wajah temannya dengan mata penasaran.

"Lalu?"

"Dia bertanya tentang makanku lalu memberiku ramuan" kata Harry cepat. Keduanya diam lagi. Si rambut merah semakin memicingkan matanya."Sungguh aku tidak bohong."

"Dia menyuruhmu minum ramuan?" kali ini suara datang dari siswi berambut coklat yang baru datang di depannya.

Harry diam saja. Tak merespon dan melanjutkan bacanya.

"Harry.."

"It's nothing!" sergah Harry. Dengan cepat ia berdiri dan merapikan buku dan alat tulisnya. "Aku selesai, sampai ketemu di Hall jam makan malam"

Harry keluar dari ruangan bersama dan masuk ke kamar. Tak menggubris teriakan Hermione yang memanggilnya. Sampai di kamar dia letakkan tugasnya dan pergi ke kamar mandi. Dia mencuci wajahnya dan mengusapnya.

"Apa yang salah denganku"

.........................................................

Jam makan malam datang. Sesuai instruksi Snape dia meminum ramuannya. Bisa dirasakan perutnya terasa lebih baik dan dia makan sedikit lebih banyak. Dia masih tak bisa untuk makan lebih banyak, walaupun desert yang tersaji di depannya terlihat sangat menggiurkan. Kebiasaan di rumah Dursley dengan setiap hari hanya makan makanan sisa bahkan remah-remah membuatnya tak nyaman makan banyak. Dan desert tak pernah ada dalam menunya sehari-hari. Sebelum ditanya lagi oleh Ron yang masih memperhatikannya, dia berdiri dan keluar dari Hall. Seperti tahun-tahun sebelumnya dia akan sulit makan untuk beberapa minggu atau beberapa bulan, sampai perutnya cukup kuat lagi untuk membuatnya mencerna lebih banyak. Dia tak pernah masalah dengan hal ini sampai tadi sore pembicaraan dengan Snape. Mengingat hal itu membuat pipinya memerah. Dia tak mengerti kenapa Snape-Potion Profesor yang sangat membencinya berbuat seperti itu. Sore tadi sehabis mandi dia mendapatkan owl di kamarnya yang membawa beberapa botol lagi ramuan yang sama. Rasanya sangat aneh kalau diperhatikan oleh dungeon bat, dan itu membuatnya merinding.

Tidak tahu harus kemana setelah makan malam, dia berjalan menelusuri lorong. Berpetualang menyelusuri lorong seperti anak kecil yang penasaran seperti yang dilakukannya di tahun pertama. Lorong ini semakin sempit dan gelap. Terlihat jarang digunakan. Semakin dia berjalan semakin dia mendengar suara berisik. Seperti suara orang berbicara tapi sambil berbisik. Rasa penasaran muncul, dia ikuti suara itu dengan langkah sunyi, berusaha tak membuat suara. Tak lama suara itu berubah menjadi erangan. Entah kenapa itu membuat jantungnya berdebar. Saat di tahun kelima dia mempelajari sedikit tentang yang dinamakan kegiatan hormonal remaja. Bukan hal rahasia jika ada beberapa murid yang melakukan make out atau make love di lorong-lorong gelap sekolah, sampai pada akhirnya tertangkap prefek atau profesor.

Semakin mendekat ke sumber suara dia bisa melihat secara samar dari kacamatanya. Jubah hitam sedikit terbuka dan menampilkan puring hijau yang berarti Slytherin, Dan dari suara erangannya yang bernada dalam, sudah jelas dia laki-laki. Satu orang lainnya yang ternyata laki-laki juga membelakanginya. Entah kenapa dari postur badannya dia merasa kenal. Dari balik pundak yang membelakanginya dia bisa melihat pucuk rambut blonde nyaris silver yang tersisir rapi. Hanya satu orang yang dia kenal yang memiliki ciri khas rambut seperti itu.

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang