The Seekers

1.3K 159 1
                                        

Alunan suara musik dari meja DJ yang berisik memenuhi ruang sesak penuh orang yang berjoget ria. Beberapa hanya menganggukkan kepala mengikuti irama, ada yang saling menggesekkan tubuh dengan lawannya, ada juga yang saling mencumbu tak peduli sekitarnya. 

Duduk sendiri di meja bar, Harry Potter mengedarkan matanya ke seluruh ruangan. Matanya memicing begitu melihat rambut pirang silver yang familiar berada diantara dua orang berwajah brewok dengan rambut ikal. Jika melihat raut wajah si pirang, dia bisa mengetahui kalau laki-laki itu merasa tidak nyaman berada disana. Harry mengernyit heran, untuk apa juga seorang Malfoy senior berada di sebuah klub muggle. Tapi biar bagaimana juga ini adalah kesempatan yang langka untuk mencari tahu dimana Severus berada.

Harry melihat Malfoy dan dua orang tadi pergi ke arah jalur ruang VIP. Bagaimana Harry bisa tahu kalau itu tempat VIP? Tentu karena dia sering ke bar ini untuk berburu mencari energi. Biasanya dia akan berciuman dengan beberapa gadis, atau menguntit pasangan yang sedang berhubungan seks untuk menyerap energi mereka. Malam ini pun niatnya seperti itu. Tapi kesempatan bertemu Malfoy seperti ini tidak akan datang dua kali.

Harry sudah memasang glamor sejak awal jadi dia tidak perlu khawatir. Matanya tidak lagi emerald yang mencolok, tapi hitam membosankan. Bekas lukanya juga dia samarkan dengan makeup muggle agar lebih kuat, karena kadang ada penyihir lain yang menyadari jika dia memakai glamor dan ada yang sengaja untuk merapal mantra penghilang glamornya. Jika mereka melihat bekas itu sekali saja, mereka akan langsung mengenalinya.

Mereka masuk ke sebuah ruang VIP yang hanya member tertentu saja yang bisa menyewanya. Tidak aneh orang seperti Malfoy termasuk ke dalamnya. Ketiga orang itu duduk mengambil tempat masing-masing. Demi keamanan, Harry melemparkan alat penyadap ke dalam ruang itu. Bersyukurlah karena muggle membuat teknologi seperti itu, jadi dia tidak perlu repot-repot menyelinap. Sementara itu dia pergi menjauh dan mendengarkan di tempat lain.

"Aku tidak akan berbasa-basi, jadi apa kalian mendapatkan informasi yang ku minta?"

"Kalau tentang istrimu, kami sudah menemukan dimana tempat persembunyiannya. Kondisinya baik, sebaik yang bisa kau bayangkan."

Salah satu dari pria berambut hitam menyodorkan sebuah kertas. Lucius mengambilnya tapi tidak langsung membacanya.

"Lalu satu orang lagi?"

Kedua pria itu menggeleng.

"Kami tidak bisa melacaknya sama sekali. Dia benar-benar hilang. Seperti kasus Regulus Black dulu. Mungkin memang orang itu bernasib sama seperti Black."

Nama adik Sirius itu membuat Harry semakin menajamkan pendengaran. Siapa orang yang dicari  Malfoy? Lalu apa maksudnya dia mencari istrinya? Apa istrinya menghilang?

Lucius menggertakan giginya.

"Bagaimana bisa kalian mengatakan hal seperti itu. Aku menyewa kalian karena kudengar kalian adalah pencari yang hebat! Kalau kalian butuh uang lebih untuk mencarinya, aku bisa berikan! Katakan saja berapa galeon yang kalian minta?" nyalak Lucius.

"Dengan segala hormat Lord Malfoy, kami bisa mencari orang selama orang tersebut masih hidup, setipis apapun jejak sihirnya. Kami bisa mencari bahkan jika orang itu berada di belakang ward terkuat sekalipun. Kami sudah mencari teman anda dimana-mana. Dan jika kami tidak bisa menemukannya hanya ada kemungkinan jika dia sudah mati atau masuk ke kolam  inferi."

Lucius menggigit pipi dalamnya untuk menahan rasa amarahnya. Dia sudah melakukan kesalahan dengan menunjukkan emosinya pada dua orang asing ini.

"Baiklah, bayaran kalian akan di transfer oleh para goblin ke vault kalian."

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang