Revelation

4.2K 385 25
                                    

Udara dingin dungeon menusuk kulit pemuda dengan luka petir di keningnya yang tidak tertutup selimut. Rasa dinginnya membuat dia menggigil. Hal itu mengingatkannya pada masa-masa dia masih tinggal di lemarinya. Setiap malam apalagi musim dingin suhunya sangat dingin menusuk tulang dan membuat giginya bergemeletukan. Otomatis dia meringkuk berusaha melindungi diri dari dingin. Untungnya di bawahnya adalah kasur super empuk yang halus, di banding dengan matras tipis bekas yang dipakainya untuk tidur di lemari.  Kasur ini bahkan lebih empuk dari kasurnya di asrama laki-laki. Rasanya jadi malas untuk bangun.

Sebuah benda berat menimpa pundaknya. Tidak terlalu berat, tapi terasa hangat. Bagian punggungnya juga terasa hangat, menempel pada sesuatu yang keras tapi juga empuk. Tengkuknya tergelitik angin seperti ada seseorang yang sengaja bernapas di lehernya. Haha itu aneh.

Sadar bahwa benda berat yang menempel di punggungnya adalah tubuh seseorang membuat pemuda beriris hijau itu membuka mata. Ruangan bertema suram menyambut penglihatannya yang blur. Tidak ada wallpaper merah dan emas yang biasa ada di asrama Gryffindor. Napasnya tercekat mengetahui dia tidak berada di asrama ataupun ruang kesehatan. Ruangan ini benar-benar tidak familiar. Panik mulai mencengkram dadanya. Dia hendak melompat dari kasur sebelum tangan besar lebih dulu memerangkapnya.

"Shuu, tenang Harry, kau aman, tenang.."

Suara bariton rendah yang terasa sangat familiar berbisik di telinganya. Harry tidak bisa menurunkan rasa paniknya. Dia mulai terisak. Tapi suara itu terus berusaha menenangkannya. bahkan mengelus punggungnya. Siapapun orang dibelakangnya ini mendekapnya dan terus membisikan kata-kata penenang. Harry berusaha menghilangkan rasa paniknya dengan mengikuti arahan orang itu untuk bernapas dengan teratur. Akhirnya setelah sekian menit dia mulai tenang.

Harry mulai berpikir tenang dan menyadari siapa orang yang sedang memeluknya.

"Sn..Snape?"

Tak ada jawaban langsung dari orang di belakangnya. Orang itu hanya terus mengelus tangan dan rambutnya hingga Harry rileks.

"Sudah tenang?"

Harry tak berani menjawab. Dia hanya mengangguk. Perlahan orang itu  melepaskannya. Orang itu mengambil posisi duduk. Kemudian memberikan kacamata pada Harry. Segera Harry memasangnya di wajahnya. Walau takut, Harry juga mengambil posisi duduk.

"Snape, ini dimana? kenapa aku ada disini? dan kenapa kau tidak pakai baju?"

Snape menaikkan alisnya.

"tentu saja mister Potter, pertama ini kamarku, kedua, Kau disini karena kau telah mengalami apa yang nanya masa perubahan sesuai dengan creature Inheritance yang kau miliki, dan yang terakhir mister Potter aku tidur seperti ini."

"Tunggu dulu, aku kenapa...kenapa aku bisa satu tempat tidur denganmu? Apa yang kau lakukan?"

"Headquater ku hanya punya satu tempat tidur Mister Potter, kecuali jika kau lebih menyukai tidur di sofa? Dari pada kau mencemaskan apa yang kulakukan, lebih baik kau cemaskan apa yang kau lakukan padaku."

"Apa maksudmu? Apa.."

Ingatan kejadian semalam muncul dibenak Harry. Bagaimana dia begitu desperatenya ingin menyentuh Snape dan bahkan memasukkan benda 'Snape' ke mulutnya. Wajahnya memerah seketika.

"Ah, sepertinya kau ingat, walaupun aku yakin apa yang terjadi semalam pasti terasa samar diingatanmu. So Mister Potter, sebelum kau mulai rambling dengan pertanyaan tidak penting lagi, aku rasa sebaiknya aku bertanya apa kau tahu soal creature inheritance?"

"Tidak" Jawabnya dengan bergumam tanpa berani melihat Snape.

"Sudah ku prediksi dengan begitu besar status selebriti yang kau miliki tentu saja kau tidak akan berpikir untuk sejenak membaca buku mengenai hal penting di wizarding world, dan selalu bergantung pada teman know it all mu itu. Untungnya hari ini aku sedang dalam mood yang cukup baik untuk memberitahumu mengenai hal itu."

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang