Rumah tua keluarga Black ternyata sangat menakjubkan setelah dibersihkan. Lantai marmer gelap terlihat berkilau setelah di sikat. Dinding kayu kokoh yang awalnya sudah berjamur tahu-tahu kinclong seperti di vernis kembali. Bahkan langit-langit penuh sarang laba-laba juga bersih.
Memang luar biasa kekuatan house-elf, seluruh ruangan bersih tanpa cela. Padahal dulu Molly sudah mencoba membersihkan tempat ini berbulan-bulan tanpa ada perubahan.
"Kau melakukan tugas mu dengan baik Kreacher. Terima kasih."
Kreacher si Elf tua hanya mendengus gusar setelah meletakkan sepiring pancake di depan Harry. Sebelum sempat menghilang, Harry sempat mencegahnya.
"Apa disini ada perpustakaan?"
"Lantai 3, sebelah kanan, ujung lorong" menjawab dengan nada jengkel seperti biasa.
"Terima kasih"
Kreacher melengos pergi. Harry hanya tersenyum memaklumi. House-elf tua itu memang tidak bersahabat. Tapi lebih baik dibandingkan Dobby.
................................
Harry tahu bahwa dia tidak bisa diam saja dan bersembunyi di sini. Cepat atau lambat akan ada orang yang menyadari dia menghilang. Mereka akan mencarinya kesini. Entah itu teman-temannya, order, atau Death Eater. Dia berharap waktu yang dimilikinya cukup untuk mencari petunjuk menemukan Severus.
Harry bukan tipe orang yang suka berada di perpustakaan. Tapi dia akui perpustakaan Black luar biasa. Buku-buku tua berjejer rapi. Dari bacaan biasa hingga pengetahuan tak biasa. Koleksi buku sihir hitam memang mendominasi, tapi sihir terang pun tetap ada.
Satu tujuannya disini, mencari buku tentang hocrux. Sedikit merepotkan karena ada beberapa bagian rak yang di beri kutukan, membuat pencariannya tidak efektif. Mencari dengan accio pun tidak mungkin. Karena banyak buku yang tidak jelas.
"Sial! Bagaimana mencarinya?"
Harry berpikir, mencoba mengingat apapun hal yang berhubungan dengan Voldemort. Apa yang sebenarnya diinginkannya. Tujuannya membuat hocrux. Apa yang begitu diinginkannya?
Ah benar juga.
Immortality
Keabadian
Harry kembali menyisir rak demi rak buku. Hingga satu judul yang membuatnya penasaran. Soul Magic. Buku itu terletak terlalu di tengah buku-buku besar berwarna hitam, hampir sama sampulnya dengan lainnya. Dia terletak di bagian atas rak, yang sulit dijangkau oleh tubuh pendek Harry. Mencari kursi atau tangga untuk naik. Bersyukur ada tangga khusus untuk memanjat rak. Setelah hati-hati naik dan mengambil buku tebal seperti tome itu, dia membawanya menuju meja.
"Berhati-hatilah dengan jiwa. Karena dia lebih rapuh dari sebuah gelas kristal bening. Dia akan berwarna sesuai kau mengisinya. Dia tidak bisa kau lihat, tapi entitasnya sangat diperlukan. Apabila dia rusak, seberapa keras kau mencoba menyembuhkannya, bekas itu akan ada. Seperti gelas kaca yang retak, hanya menunggu waktu hingga benar-benar hancur."
Kata-kata awal dalam buku itu. Tulisan-tulisan Inggris cukup tua, agak sulit di baca tapi masih cukup di mengerti. Kembali Harry melanjutkan bacanya.
"Apa yang kau cari mungkin ada di sini. Mungkin juga tidak. Apa yang akan kau pelajari mungkin sulit di mengerti. Karena jiwa bersifat abstrak. Pengetahuan ini sangatlah tua, namun tak semua orang mengetahuinya. Orang-orang shaman memahaminya. Mereka menurunkannya dan menghormati mereka, jiwa-jiwa yang sudah tak memiliki raga. Kau menyebutnya sebagai roh, para shaman memanggilnya leluhur."
Tanpa terasa Harry terus membaca lembar demi lembar halaman buku itu. Rasa lapar karena melewati makan siang bahkan tidak terindahkan. Dia masih terus membaca buku itu hingga pada sebuah halaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Bat
Fiksi PenggemarWarning Yaoi/Boyxboy. Severus Snape X Harry Potter. Snarry. Summary: Oh Merlin! Cobaan apalagi yang kau berikan padaku. Dosa apa yang kulakukan hingga kau menjadikan anak dari musuh bebeuyutanku sebagai mate-ku. Well, banyak.