Panic

3.9K 323 18
                                    


Pagi datang dengan cepat. Seorang pemuda dengan luka paling fenomenal di keningnya membuka mata beriris hijau eksotis sambil mengerjap-ngerjap, mencoba menghilangkan kantuk. Tangannya direnggangkan ke atas dan menguap lebar. Ini pertama kali dalam hidupnya dia merasa tidurnya sangat nyenyak. Selain itu dia juga merasa tubuhnya sangat bertenaga hari ini. Rasanya dia bisa tahan berada di sapu terbang 8 jam hari ini. Dia meraba meja di sampingnya untuk mencari kacamata bingkai bulatnya. Matanya  kembali bisa melihat lagi setelah kacamata itu bertengger kembali di hidungnya. Dia baru sadar ruangan yang ditempatinya sekarang bukanlah ruangan asrama merah dan emas yang familiar dengannya. Sekelebat ingatan aktivitas semalam membuat pipinya memerah. Dia sudah berhubungan seks dengan Snape. 

Sadar kalau dia saat ini berada di tempat tidur Profesornya, telanjang bulat, membuat buru-buru dia menarik selimut. Harry menoleh ke sampingnya dan mendapati profesornya yang masih menutup mata. Kulit profesor Snape terlihat sangat pucat. Kontras dengan warna sprei hitam tempat tidurnya. Harry tersenyum, tangannya bergerak menyentuh pipi tirus matenya. Dingin, kulitnya sangat dingin. Harry sedikit berjengit dan segera menarik tangannya kembali. Matenya sama sekai tak merespon, tubuhnya diam tak bergerak. Harry memperhatikan tubuh orang disampingnya itu cukup lama sebelum dia menyadari sesuatu, Snape tidak bernapas.

Harry panik, dia mencoba mencari nadi di leher Snape. Tidak ada! Dia juga meraba hidung Snape, mencoba mencari apakah dia menghembuskan napas. Tidak juga. Harry menempelkan telinganya di dada Snape. Tidak ada suara jantung yang berdetak!

"Severus!"

Harry memukul-mukul pipi Snape sambil terus memanggil namanya.

"Severus bangun! Sev!"

Dia memukul-mukul dada Snape. Harry merasa matanya sembab dan berair, dia tahu dia pasti menangis sekarang.

berhubungan dengan incubus bisa menyebabkan sakit atau kematian  

Harry teringat kata-kata dibuku yang dia baca. Dada Harry sesak dan air mata menggenang siap meluncur turun saat menyadari satu hal. Dia sudah membunuh Snape. Dia sudah membunuh matenya sendiri. Harry terisak, bahunya gemetar dan airmata terus saja mengalir dari mata emeraldnya. Seharusnya dia bisa menahan diri. Seharusnya mereka tidak melakukan hubungan seks semalam dengan begitu semua ini tidak akan terjadi.

'aku memang freak, aku membunuh mateku, aku pembunuh, seharusnya aku mati saja."

Harry terus mengucapkan kalimat itu di pikirannya. Sementara dia terus menangis di dada Snape. Dia merasa sangat bodoh dengan keegoisannya sendiri. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri. Tahun lalu dia menyebabkan Sirius terbunuh, sekarang dia membunuh orang lain. Dia sangat bodoh, seandainya dia sejak awal tidak ada, semua orang itu-- Profesor Quirel,Cedric, Sirius, bahkan Tom Riddle pasti tidak akan mati. 

Harry ingin beranjak dari tempatnya dan mencari tongkat holly miliknya. Dia ingin meng-avada kedavra dirinya sendiri agar dunia ini terbebas dari eksistensi anak pembawa sial seperti dirinya. Tapi dia tidak mau meninggalkan Severus. Severusnya. Dia teringat lagi satu hal,Harry tidak pernah menyatakan cinta pada matenya. 

'aku terlambat, semuanya sudah terlambat'

Harry menangis semakin keras. Dia ingin menghukum dirinya sendiri. Dia memeluk Snape erat. Dada telanjang Snape sudah basah dengan airmata dan ingusnya.

"Harry..."

Suara bariton rendah terdengar di telinga Harry. Harry memejamkan matanya saat dia menyadari itu suara Snape, mungkin hantu pikirnya. Dia pasti ingin menyampaikan betapa dia membenci Harry karena sudah membunuhnya. Betapa dia seorang freak. Snape akan berkata-kata kasar dan memarahinya. Dia sangat yakin itu.

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang