Ginny berjalan cepat. Sesekali dia menghalau beberapa serangan yang datang ke arahnya. Sesungguhnya badannya masih sakit, terutama pinggangnya dan bagian kewanitaannya. Tapi perasaan yang dimilikinya sekarang luar biasa gembira. Harry akhirnya membalas perasaannya.
Di tengah peperangan yang sudah kacau balau ini, Ginny melihat ibunya. Setelah beberapa serangan balasan pada musuh yang datang ibunya menyadari keberadaannya. Mrs. Weasley segera menarik anaknya ke tempat yang lebih aman.
"Ginny, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" Molly bertanya sambil mengecek tubuh putrinya.
Ginny meringis saat ibunya membuatnya bergerak terlalu cepat. Hal ini disadari oleh ibunya yang membuatnya semakin khawatir.
"Mom, aku baik-baik saja."
"Kau tidak baik."
"Sungguh Mom, aku... aku sangat senang."
"Kita sedang perang. Apa yang bisa membuatmu senang?"
"Mom, Harry..." Ginny menggigit bibir sambil memandang ke bawah. "Aku dan Harry, kami tadi melakukan seks!" ujarnya dengan nada terakhir yang bersemangat.
"Apa?!"
"Iya Mom. Aku dan Harry melakukan seks. Kami bahkan melakukannya tanpa pengaman. Sepertinya dia putus asa dan takut tidak akan bisa bertemu lagi denganku."
"Kalau begitu, kau harus selamat dari perang ini. Cari tempat aman sekarang!"
"Mom, jika aku bersembunyi seperti pengecut, aku akan sangat malu pada Harry!"
"Diam anak bodoh! KAU. HARUS. SELAMAT! MENGERTI!" sambil meremas pundak anaknya. " Demi Merlin, Ginny bersembunyi sekarang!"
Molly dengan sigap melempar mantra ke belakang tubuh anaknya. Seorang death eater baru saja hampir menyerang mereka. Ginny terkesiap, dia menatap ibunya.
"FRED JAGA ADIKMU, DIA TERLUKA!"
Fred yang tidak jauh dari sana langsung menghampiri. Ginny terlihat akan protes. Tapi kakaknya itu langsung menarik Ginny ke tempat yang kelihatannya lebih aman.
"Mom!" Seru Ginny tidak terima.
"Jangan mati anak bodoh."
........................................................................
Suara gemuruh dan desingan mantra dari berbagai sudut kastil memberi kengerian tersendiri. Tidak sedikit suara ledakan terdengar juga teriakan kutukan kematian dari mulut-mulut death eater. Tapi dihadapan orang ini, suara bising itu nyaris tidak terdengar.
Harry berdiri menatap wajah kawan satu asramanya dengan pandangan tidak percaya. Wajah laki-laki yang dulu chubby itu kini tirus dengan rahang tajam. Mata yang dulu terlihat mudah ketakutan dan penuh keraguan kini berubah dingin dan jauh. Setelan pakaian hitam yang dipakainya membuat aura orang itu semakin suram. Hilang sudah semua aura hangat dari laki-laki pecinta herbologi yang dikenalnya.
Pemuda itu menghadap Harry dengan sedikit senyum di bibir. Sepatu boot tebalnya melangkahi mayat perempuan di jalannya. Harry mengacungkan tongkat. Genggaman tangannya begitu kuat hingga urat-urat tangannya terlihat.
"Kenapa kau... dia teman kita!"
Neville melirik mayat di belakangnya dengan wajah malas. Perempuan muda itu masih mengenakan seragam asrama dengan dasi berwarna merah kuning.
"Teman? Mungkin untukmu." Neville beralih menatap Harry. "Perempuan berisik yang tidak malu yang berani berbicara di depanku kalau aku tidak berguna, kalau aku adalah penyihir yang gagal." Neville sedikit menelengkan kepalanya. " Yang seperti itu yang kau sebut teman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Bat
FanfictionWarning Yaoi/Boyxboy. Severus Snape X Harry Potter. Snarry. Summary: Oh Merlin! Cobaan apalagi yang kau berikan padaku. Dosa apa yang kulakukan hingga kau menjadikan anak dari musuh bebeuyutanku sebagai mate-ku. Well, banyak.