Safehouse

820 112 16
                                    

"Tunggu apalagi?! Tangkap dia!"

Pansy Parkinson berseru sambil menunjuk Harry. Tapi dirinya tetap berdiri di tempat anak-anak Slytherin berkumpul. Nadanya memerintah agar anak lainnya menangkap Harry untuknya. Semua orang sudah mendengar pengumuman itu dan Pansy bermaksud untuk menyelesaikan semuanya. Dia takut dan tidak ingin mati di tempat ini.

Bukankah sejak awal Dark Lord memang hanya ingin Potter menyerahkan diri? Potter sudah ada di sini sekarang. Kenapa tidak menyerah saja agar Dark Lord pergi? Dengan Potter berkorban, semua orang akan selamat bukan?

Ginny segera maju ke depan Harry untuk melindungi. Dia memasang badan khawatir ada orang lain yang tiba-tiba menyergap dan membawa Harry pergi. Ron, Hermione lalu anak-anak Gryffindor lain ikut maju dan melindungi Potter. Mereka menatap tajam Pansy juga anak-anak Slytherin lainnya.

"Aku tidak akan menyerahkan seseorang semudah itu. Lebih baik aku ikut berjuang daripada menjadi pengecut sepertimu!"

Kata-kata Ginny membangkitkan semangat anak-anak lain. Terutama mereka yang memandang Harry Potter sebagai seorang penyelamat. Padahal baru beberapa menit lalu mereka semua mendengar suara Voldemort yang membuat tulang menggigil.

"Sudahlah, kita tak punya waktu. Professor, apa ada tempat yang cukup aman di kastil ini untuk orang-orang mengungsi? Kita harus ungsikan anak-anak kelas dasar dan mereka yang tidak ingin bertarung."

Harry langsung bertanya pada Deputy Headmistress Minerva McGonagal. Kepala asrama Gryffindor itu segera memutar otak.

"Bagaimana dengan jalur pintas itu?" Ujar Hermione.

"Mungkin bisa, tapi tidak bisa memuat banyak orang. Perjalanan keluar juga membutuhkan waktu hampir setengah jam. Kita tidak tahu apa ada yang menunggu di pintu keluar. Death eater seharusnya juga berjaga di Hogsmead." Jawab Ron

"Bisakah kita meminta kastil untuk membuat tempat aman?"

Semua orang menatap Harry. Apa dia berpikir akan menggunakan teori yang sama seperti tempat pengungsian ruang kebutuhan?

"Patut dicoba."

"Minta kastil membuat bunker."

"Bunker?"

Anak-anak penyihir tidak mengerti istilah itu. Tapi para keturunan muggle mengetahuinya.

"Bangunan pertahanan militer. Muggle menggunakannya saat perang dunia untuk berlindung." Jelas Hermione.

"Kalau begitu jangan buang waktu. Aku akan bertanggung jawab atas anak-anak ini." Moody berkata. "Biar aku awasi bocah-bocah Death Eater pengecut ini." Mata palsunya yang menyeramkan berputar sambil menatap Pansy.

"Sebenarnya ada sebuah tempat untuk berlindung di kastil ini. Tapi tempat itu hanya bisa dibuka oleh keturunan dari founder Hogwarts. Tempat itu paling aman dengan sihir pelindung yang sangat kuat." McGonagal menyela.

"Smith! Dia kan keturunan Helga Hufflepuff!" Ujar salah satu anak Gryffindor.

Semua orang langsung menoleh pada seorang pemuda tinggi kurus dengan hidung pesek. Zacharias Smith, murid asrama Hufflepuff yang juga tergabung dalam Dumbledore Army. Anaknya tukang kritik dan berisik. Selalu menjelekkan Harry. Saat namanya disebut dia terlihat kaget. Tapi dia berusaha menutupinya dengan sikap sombong.

"Tentu saja. Tunjukkan jalannya" katanya dengan wajah yang tinggi.

Professor McGonagal segera menuntun jalan dengan Moody berjalan pincang di samping. Harry, Ginny dan Luna mengikuti di belakang guru mereka. Baru dibelakangnya anak-anak yang terlalu muda dan tidak bisa bertarung mengikuti. Sementara murid-murid yang tergabung dalam Dumbledore Army dan royal kepada Harry segera berpencar ke pintu masuk menuju Hogwarts. Ron dan Hermione pergi ke lantai dua untuk menuju pintu masuk ke chamber of secret. Guru-guru dan orang dewasa lain keluar ke halaman untuk membuat pelindung besar.

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang