Preparation

1K 118 18
                                        

Hogwarts, D-1 sebelum hari penyerangan

Lorong-lorong Hogwarts terlihat begitu suram. Bangunan kuno itu semakin hari semakin suram sesuai dengan suasana para penghuninya saat ini. Suasana tegang yang menakutkan merayap seperti lumut-lumut jelek yang licin.

Kelas-kelas tetap di buka seperti biasa. Namun para Death Eater berjaga di sudut, memastikan tidak ada murid ataupun guru yang melakukan hal mencurigakan. Suasana tegang, tak ada yang bisa fokus pada pelajaran. Professor McGonagal beberapa kali terdiam seakan lupa apa yang mau diucap. Professor Flitwick terus menerus mengelap kacamatanya. Professor Slughorn yang menyebalkan sekalipun terus menerus meremas jari-jari keriputnya. Warna wajahnya begitu jelek seperti habis menelan ramuan polijus rasa kaos kaki.

Neville Longbottom baru duduk untuk lima belas menit di kelas pertamanya, sebelum dia di panggil ke ruang kepala sekolah. Saat dia berdiri, semua mata memandangnya. Pandangan benci, jijik, takut bercampur di setiap wajah yang ada. Bahkan dari murid satu asramanya. Neville tidak peduli, dia sudah terbiasa untuk tahun ajaran ini dipandang seperti itu. Bukan masalah baginya.

Perjalanan ke Ruang Kepala Sekolah hanya sebentar dari kelas Rune Kuno. Dia menyempatkan diri untuk mengambil tanaman di ruang kaca dan membawanya. Sampai di ruang kepala sekolah, dia sudah ditunggu oleh seseorang yang sudah di duganya. Hanya orang itu yang bisa menendang pak tua Rosier keluar dari ruangannya sendiri.

"Kenapa kau lama bocah?" Gerutu Voldemort.

Setelan hitam-cream jubah Pureblood miliknya terlihat elegan. Wajah muda dengan rambut hitam yang di sisir rapi, hidung mancung dan pipi tirus benar-benar membuatnya terlihat seperti seorang bangsawan Inggris. Hanya mata merahnya saja yang terlihat tidak normal. Neville sudah tidak kaget dengan penampilan ini. Sejauh yang dia tahu, hanya dia dan Lucius saja yang diperbolehkan melihat penampilan ini. Jika sampai Bellatrix tahu Dark Lord memiliki wujud muda tampannya, wanita itu pasti akan semakin gila mengejarnya.

Neville tidak langsung menjawab.  Dia memilih meletakkan pot tanaman yang dibawanya ke jendela besar di ruangan itu.

"Apa yang kau lakukan huh? Menambah dekorasi?"

"Hn." Neville bergumam sambil memperbaiki posisi pot. Sampai dia rasa sudah baik, dia baru meninggalkannya.

"Untuk apa? Kau tidak lihat ruangan ini sudah penuh?"

Dark Lord berkata sambil menunjuk dinding ruangan yang penuh dengan lukisan kepala sekolah lama yang sudah di freeze. Hal ini untuk menghindari agar tidak ada percakapan yang bocor ke luar. Lukisan-lukisan sihir bisa jadi penggosip yang berbahaya.

"Tempat ini terlalu suram. Siapa tahu jika ditambah tanaman akan jadi sedikit lebih hidup."

Dark Lord memutar matanya.

"Terserah, terserah... Kemari dan temani aku main catur!"

Dark Lord masihlah tukang perintah. Dia bilang main catur tapi tidak bawa papan catur. Neville hanya menghela napas dan mengambil papan catur miliknya, yang entah sejak kapan selalu dia taruh di ruang kepala sekolah. Mungkin sejak Dark Lord begitu sering datang untuk sekedar bermain catur dengannya.

Dark Lord pernah sekali ingin main catur di ruang rekreasi Slytherin. Tapi Neville menolaknya. Dia bilang jika dia di sana dan dengan tampilan ular jeleknya itu, tidak ada anak yang bisa tenang dalam mengerjakan PR mereka. Itu bisa berdampak pada nilai harian dan membuat nilai anak-anak Slytherin turun. Dan Dark Lord, sebagai mantan anak Slytherin plus Prefek, dia tidak mau nilai asrama Slytherinnya turun. Jadi dia segera melupakan keinginannya itu.

Neville membuka catur sihir, mengetuknya dengan tongkat. Bidak-bidak catur secara otomatis bergerak sendiri masuk formasi. Dark Lord mengambil bidak putih kali ini. Sepertinya dia sangat bersemangat bermain.

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang