Tahun ajaran baru datang. Tahun yang seharusnya di penuhi kegembiraan bagi para penyihir muda yang akan belajar di Hogwarts. Tapi pada kenyataannya, tahun ajaran baru ini tidak seperti itu. Tidak ada keceriaan ataupun semangat bertemu dengan teman sebaya. Hanya rasa khawatir, takut, dan waswas yang mengikuti sepanjang perjalanan dengan Hogwarts Express.
Apa yang dikatakan orang mengenai Hogwarts yang sebagai tempat menakjubkan rasanya hanyalah buah bibir saja. Auranya tidak lagi sehangat hawa musim semi yang menyenangkan. Lorong-lorong batu terlihat lebih gelap dan lebih suram dari biasanya. Lukisan-lukisan penggosip juga banyak yang terlihat berpura-pura tertidur tidak mau ikut mengiringi kembalinya murid-murid ke sekolah.
Di Aula Besar, seorang pria tua dengan dagu lancip dan brewok yang rapi duduk di singgasana, tempat yang dulu digunakan Dumbledore . Mata hitamnya menatap bengis murid-murid yang baru berdatangan di dampingi Profesor Mcgonagal. Dari deretan para Profesor yang hadir terlihat dua sosok professor baru dengan wajah yang mirip seperti kembar. Mereka menatap anak-anak dengan kilatan aneh di matanya.
Profesor McGonagal keluar lagi menuju pintu samping aula, membawa masuk para murid baru yang masih kecil-kecil dengan wajah ketakutan. Sorting ceremony dimulai, tapi tahun ini tidak ada nyanyian yang biasa dinyanyikan topi tua itu. Mereka langsung dipanggil untuk duduk dan mengenakan topi itu. Satu persatu nama anak baru diabsen. Terlihat tahun ini jumlahnya lebih sedikit di banding tahun sebelumnya. Hanya beberapa pureblood dan halfblood. Hal ini disebabkan oleh kebijakan kepala sekolah untuk tidak memasukkan muggleborn ke Hogwarts karena menurutnya mereka tidak pantas mendapat pendidikan sihir. Hingga pada satu nama terakhir yang di panggil...
"Longbottom, Neville!"
Aula besar tiba-tiba hening. Mata-mata para murid dengan jubah hitam berlambang singa menoleh serempak ke arah laki-laki yang duduk diam di paling ujung meja. Orang itu berdiri perlahan dan berjalan menuju ke depan meja para profesor, di mana tempat untuk sorting ceremony dilakukan. Di setiap langkah yang dia ambil bisik-bisik suara dari para murid mulai terdengar. Suara mereka mulai terdengar seperti gumaman yang ribut.
Sementara di meja Gryffindor seorang pemuda berambut merah dengan frekles di wajahnya terlihat berang, wajahnya sudah memerah dengan tangan mengepal, dia ingin berdiri dan berlari menerjang pemuda konyol yang sedang melanjutkan langkah menuju depan podium. Sebelum sempat berdiri, satu orang perempuan di sebelahnya dengan bussy hair menahannya dengan menggenggam kepalan tangan pemuda berambut merah. Pemuda itu melirik ke arahnya. Gelengan kepala dari perempuan itu mengisyaratkan agar dia tidak melakukan apapun.
Perjalanan menuju sorting hat terasa lama dan panjang. Dengungan-dengungan para murid di sekitarnya membuat dia sedikit kesal. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian, tidak pernah. Namun sekarang rasanya dia ingin menyumpal mulut setiap orang dengan kepala ayam hingga mereka tidak bisa bernapas. Profesor McGonagal terlihat suram dengan bibir terkatup membentuk garis lurus. Dia meletakkan topi tua itu pada kepala Neville setelah anak laki-laki itu duduk.
"Halo anak muda, kau sudah banyak berubah.." suara topi itu bergema di kepalanya.
"Aku tahu" ucapnya dalam hati.
"Semoga kau beruntung Nak" tambah sang topi di kepalanya. "SLYTHERIN!!!"
Semua murid-murid melongo kaget, kecuali meja Slytherin yang sebagian besar anak-anak dari keluarga pendukung Dark Lord. Bunyi berisik teriakan tak percaya terdengar dari arah meja Gryffindor. Mereka mengaung berisik bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Seorang keturunan pureblood dari keluarga Light menjadi Slytherin? Chaos, semua chaos.
Setelah ucapan si topi tua, baju Neville seketika berubah menjadi jubah hitam hijau kebanggaan Slytherin. Lambang singa di dadanya pun berubah menjadi ular silver. Semua orang masih berteriak di sekitarnya, terutama dari asrama lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Bat
FanfictionWarning Yaoi/Boyxboy. Severus Snape X Harry Potter. Snarry. Summary: Oh Merlin! Cobaan apalagi yang kau berikan padaku. Dosa apa yang kulakukan hingga kau menjadikan anak dari musuh bebeuyutanku sebagai mate-ku. Well, banyak.