Collin's story

1.2K 115 13
                                    

Collin Creevey bukan jenius dalam sihir. Bukan juga orang yang baik membuka pembicaraan. Antusiasmenya saat berbicaranya membuat orang tidak nyaman. Tapi kalau dia tidak bicara sekarang, dia tidak tahu kapan lagi akan bertemu dengannya.

Collin terkejut saat mendapat undangan pernikahan dari idolanya. Dia pikir ini prank karena dunia sihir menggebor-gemborkan kalau Harry Potter sudah meninggal. Collin tentu tidak percaya. Dia tidak melihat adanya pusara dengan nama Harry Potter. Jika beliau meninggal, pasti akan ada upacara pemakaman besar yang digelar.

Keputusan tepat dia datang ke tempat yang ditulis. Sudah ada sebuah portkey yang menunggu untuk digunakan. Tidak dia duga saat tiba di acara, Harry Potter benar-benar ada di sana. Kemudian dia melihat Professor yang semua orang tahu sudah meninggal. Dia begitu bersemangat ingin mengabadikan moment bahagia ini.

Tapi sial! Kameranya di sita! Demi Merlin, kenapa mereka kejam sekali!

Kembali ke awal, Collin ingin bicara. Bukan pada pasangan pengantin baru. Tapi pada seorang laki-laki berambut platinum dengan perut besar. Warga Slytherin itu sudah tidak terlihat sejak... kematian Mr. Longbottom.

Collin sangat ingin bicara padanya. Dia tahu hanya ini kesempatan dia bicara tanpa takut akan ditendang orang itu. Bukan berarti Malfoy pernah menendangnya. Dia hanya kurang baik sifatnya.

Tapi dia butuh bicara. Sekarang atau tidak sama sekali.

"Mr. Malfoy."

Laki-laki itu berjengit atas panggilan yang Collin ucapkan. Wajahnya yang semula bercakap gembira dengan Luna Lovegood langsung berubah datar. Dia menoleh ke arahnya. Ekspresinya mengatakan dia mengenali Collin walau sebatas sama-sama murid Hogwarts.

"Mohon maaf tuan. Saya tidak lagi menggunakan nama itu. Anda bisa memanggil saya Longbottom- Malfoy atau Consort Longbottom saja. Mohon Tuan mengerti."

Collin langsung menelan ludah. Dia sedikit banyak mendengar gosip kalau Malfoy ini sensitif dipanggil sebagai Malfoy sekarang. Mungkin karena banyak hal pahit yang berhubungan dengan nama itu. Orang ini tetap menghargai nama keluarganya dengan menempelkannya di nama belakang suaminya. 

"Maafkan saya. Saya mengerti." Collin terlihat gugup dengan memainkan tangannya. "Saya ingin minta waktu sebentar."

Laki-laki albino itu mengangguk kaku. Dia izin pada Luna sebelum mengajak mereka ke pinggir. Posisi mereka sekarang cukup privasi tapi masih dalam jarak pandang Lovegood.

"Jadi apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya Tuan Creveey?"

Collin menarik napas dalam. "Saya ingin menyerahkan sesuatu. Saya selalu membawa ini tapi tidak tahu kapan bisa bertemu dengan Anda."

Dia mengambil sebuah amplop besar berwarna hitam. Kemudian menyerahkannya dengan kedua tangan. Wajahnya penuh rasa harap.

Draco mengambil amplop itu. Tidak ada tulisan apapun di luarnya. Tangan bengkak ala ibu-ibu hamil mengupas tutup amplop terbuka.

"Ini..."

................................................................................................................

Collin terlalu fokus saat dia mengambil foto, tidak menyadari kalau ada Death Eater yang mengintainya. Death Eater itu berada tidak jauh dari posisinya berdiri. Tangan Death Eater itu terangkat untuk merapal mantra. Belum sempat mantra itu sepenuhnya terucap, sebuah kilat putih menyerang dada Death Eater itu hingga dia terlempar ke belakang.

Bunyi bedebum keras membuat Collin sadar. Dia menengok ke belakang untuk melihat. Sebuah kilat putih lagi-lagi datang melewati bahunya, mengenai death eater lain yang hampir membunuhnya. Collin sempat membeku beberapa saat. Sebelum sebuah tangan besar membantingnya ke tembok dan mencengkeram kerah bajunya.

Dungeon BatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang