25-Perkara diajak ke Kafe

101 1 0
                                    

Jangan lupa vote and komen😊
Hope you'll enjoy

******

"Baik, terimakasih. Uangnya sudah saya transfer ke rekening anda ya." Ucap Elang menjabat tangan seorang lelaki yang lebih tua drinya.

Sekarang Elang dan Seno sedang berada di salah satu kafe, bertemu dengan pak Anton, pemilik gedung yang ingin ia beli untuk cabang outlet nya.

Pal Anton tersenyum, membalas jabatan tangan Elang, "Ya, saya juga terimakasih. Semoga usaha anda lancar ya. Kalau gitu saya permisi dulu. Saya masih ada urusan lain." Pamit nya.

"Ah iya, silakan."

Elang dan Seno melihat kepergian pria paruh baya itu. Seno melirik Elang yang wajahnya sangat berseri.

"Seneng lo?." Tanya Seno menyindir.

Elang melirik, "Seneng lah, akhirnya dapet juga." Ujarnya bangga sambil menunjukan map yang berisi surat kepemilikan.

"Ngga nyangka gue, lo keluarin duit sebanyak itu buat outlet doang." Seno geleng-geleng kepala.

"Justru karena buat outlet. Gue bakal ngelakuin apapun. Nanti kita atur jadwal buat renov dulu, gue mau ubah desainnya dikit." Titah Elang.

"Iya gampang." Final Seno menuruti.

Di luar kafe itu, Pak Anton menelpon seseorang.

"Siap, sudah disetujui oleh Elang. Duitnya juga sudah di tranfer." Ujarnya memberitahu.

"Bagus, sekarang saya bakal nyuruh anak buah saya untuk ngejaga tempat itu. Kita tunggu kapan dia mulai pembukaan outletnya." Balas seseorang di ujung sana.

"Kamu sudah yakin surat itu tidak akan ketahuan bukan? jangan sampai dia sadar. Atau saya juga akan membatalkan kontrak kita." Sambungnya lagi.

"Tenang, saya yakin dia tidak akan sadar."

"Bagus, matikan nomor mu. Ganti nomor baru, jangan sampai dia menghubungi mu lagi." Titah orang tadi.

"Baik."

Didalam kafe, Elang mengeluarkan ponselnya, melihat jam. 17.00

"Lea sudah selesai siaran." Batinnya

Elang berdiri, "Sen, balik ngga? gue mau jemput Lea." Tnya Elang.

Seno melirik bosnya itu. "Duluan aja. Gue nnti balik sendiri gampang."

"Oke duluan ya." Pamit Elang, lelaki itu langsung menuju motornya.

Motor besar itu membelah jalan ibu kota sore ini. Menuju tempat kerja sang istri tercinta.

****

Lea sedang rapih-rapih di studionya. Tadi katanya Elang memang mau menjemputnya.

"Rel duluan ya." Pamit Lea.

"Eh Le tunggu dulu." Tahan Fareel.

Lea menaikkan alisnya, menoleh kmbli ke arah Farel.
"Kenapa?."

Farel mengambil sesuatu di luar studio, lalu masuk lagi.
"Nih Le, sorry baru ngasih, dan sorry wktu itu gabisa dateng ke acara nikahan lo." Ucap Farel sambil memberi satu bucket bunga mawar.

"Eh? Gausah repot-repot kali Rel. Makasih ya." Sahut Lea menerima bunga itu. Di hirup pelan wangi bunga mawar itu. Ia tersenyum.

Senyuman Lea mampu membuat Farel ikut tersenyum, namun hatinya tidak, ada retakan di dalam hatinya.
Lelaki itu hanya mengangguk samar.

ELeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang