56-Karma

105 2 0
                                    

Sebuah alunan musik terputar, mengakhiri acara siaran Lea sore ini. Gadis itu meletakam headphone ke mik yang ada di depannya, kemudian beranjak dari duduknya. Melihat Lea yang sedikit kesulitan karena perut besarnya, Farel dengan sigap membantu gadis itu.

"Awas, tiati." Tegur Farel seraya membantu, lelaki itu juga dengan suka rela membawakan tas milik Lea.
Di tuntunnya gadis itu oleh Farel keluar studio.

"Sayang." Panggil seseorang.

Lea dan Farel menoleh bersamaan, mereka sama-sama tersenyum. "El? ko ga tunggu di lobi aja?." Tanya Lea.

Lelaki ber headphone itu berjalan santai menghampiri dua orang di depan pintu. Elang memasang senyum kecilnya.

"Masa aku biarin istri aku jalan sendiri turun gedung." Sahutnya santai.

Lea tersenyum, lalu melirik ke arah Farel. "Makasih ya Rel, gue balik duluan." Pamitnya.

"Tengkyu bro, udah bawain tas istri gue." Timpal Elang seraya mengambil tas milik Lea dari Farel.

"Santai." Jawab Farel singkat, lelaki itu ikut menunjukkan cengirannya.

Kini Elang merangkul Lea, menuntun gadis itu berjalan di lorong menuju lift. Ketika Elang sudah memencet tombol lift, lelaki itu berlutut, lalu menepuk pahanya.

"Le, sini." Titah Elang yang menyuruh Lea untuk duduk dipahanya.

Lea yang sedang berdiri memegangi perutnya melirik, lalu berjalan pelan dan duduk diatas paha Elang sambil menunggu pintu lift terbuka. Mata Elang terus memandangi perut besar itu, dan dielus lembut.

"Berat ya Le bawa bayinya?." Cetus Elang bertanya.

Pertanyaan itu membuat Lea terkekeh, "Ya berat, orang kembar gini." Jawabnya singkat.

Elang ikut terkekeh, dicium singkat perut itu. "Hebat ya aku, bayinya bisa kembar." Ujar nya membanggakan diri.

"Iya, hebat. Lebih hebat aku tapi." Sahut Lea santai.

Ting.

Pintu lift terbuka, Elang merangkul tubuh Lea dan berjalan masuk. Sesampainya dimobil, dan dua insan itu sudah duduk rapih di kursi masing-masing, Elang memutar badannya menghadap Lea.

Lelaki tampan dengan aksen khasnya itu melepas headphone yang selalu melingkar di lehernya, lalu memasangkannya di perut Lea.

"Biar dedenya dengerin lagu." Ucap Elang dengan nada lucunya.

Lea terkekeh, lalu meraba perutnya sendiri. "Pasti nanti anaknya suka lagu deh. Soalnya kamu sering nyanyiin mereka." Sahutnya.

"Bundanya aja penyiar, masa mereka ga suka denger lagu."

Tangan kekar Elang kemudian mengambil satu tangan Lea untuk digenggam, barulah lelaki itu menyalakan mesin mobil dan menjalankan nya menuju mall tempat mereka akan bertemu dengan temannya.

******

"AAAAA." Pekik Abril heboh. Lelaki sunda itu terjungkal ke belakang, punggung menabrak sandaran kursi.

Aziel mendelik, lelaki yang sedang memakan popcorn nya itu menatap temannya sebal.
"Apaan sih? ngga ada yang ngagetin njir." Sewot Aziel. Sedangkan Abril hanya terkekeh.

"Gue tau nih abis ini apa yang terjadi. Gue udah nonton soalnya." Imbuh Abril lagi, lelaki itu dari awal film bioskop diputar sudah heboh berbicara sendiri.

"Haha, nghokeyy." Sahut Dareen cuek.

"HABIS INI IRON MAN MATI!." Cetus Abril keras.

"Hah?." Beo Galen datar.

ELeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang