30-Bantalan Hangat

71 2 0
                                    

Jangan lupa vote and komen😊
Hope you'll enjoy

******


Seperti rencana sebelumnya, Elang mendatangi kafe Adnan untuk latiha  dengan lima temennya. Sbenernya dia tidak terlalu niat, tapi tak apalah, seklai kali nampil, sekalian buat sombongin diri ke Lea ya kan.

Disana lah mereka, asik bermain musik sndiri di kafe bagian belakang. Tak masalah menjadi tontonan beberapa pengunjung kafe lainnya.

"She shooting like, the ocean rusing on the sand." Nyanyi Elang merdu.
Ini adalah lagu bawaan saja. Mereka latihan dengan lagu itu untuk acara yang lebih ditunggu dari pada penampilan.

Abril dan Aziel duduk bersebelahan, memainkan gitar dan basnya masing-masing. Galen hanya diam menonton, tidak ada dram disini. Begitu pula dengan Dareen dan Adnan. Mereka hanya menonton, tadi memang Dareen yang minta latihan, tapi bodohnya, dia sendiri yang lupa bawa alat musiknya.

Latihan mereka yang benar-benar hanya satu kali. Sisanya? mereka ngamen di kafe, memeriahkan suasana kafe Adnan. Menarik perhatian pengunjung yang mau datang.

"Aku kesal dengan jarak, yang sring memisahkan kita." Dareen membuka suara, ia bernyanyi sambil memukul meja kafe, dijadikan gendang.

"Hingga aku hanya bisa. Berbincang dengan mu di whatsapp." Lanjut Dareen.

"Aku kesal dengan waktu, yang tak pernah berhenti bergerak. Barang sejenak, agar ku bisa menikmati tawa mu." Sambung Elang merdu.

Semua tau lagu ini, tak sedikit pengunjung lainnya yang ikut bersenandung ria. Menikmati sesi ngamen ataupun konser gratis dari enam lelaki ganteng itu.

"Inginku berdiri disebelah mu. Menggenggam erat jari jari mu." Imbuh Aziel ikut bernyanyi sambil memetik senar gitarnya.

"Mendengarkan lagu Sheila on seven, seperti waktu itu. Saat kau disisi ku." Sambung Adnan Dan Abril bersamaan.

"SEMUANYA!." Pekik Dareen mengangkat kedua tangannya.

"DAN TUNGGULAH, AKU DISANA, MEMECAHKAN CELENGAN RINDU KU!." Meriah semuanya. Kepala enam lelaki jejeran bem itu bergerak kekanan dan kiri menikmati alunan lagu. Ditambah Aziel dan Abril yang juga memetik senar bas dan gitarnya.

"Berboncengan dengan mu, mengelilinti kota." Seru Adnan melanjutkan.

"Menikmati surya perlahan menghilang."

"Hingga! kejamnya waktu, menarik paksa kau dari peluuuuuk ku." Tambah Dareen

"Lalu kita kembali, menabung rasa rindu, saling mengirim doa."

"SAMPAI NANTI SAYANG KU!." Pekik semua mengakhiri lagu ini.

Jrengggg

Abril menggesek senar gitarnya menyudahi nyanyian mereka sore ini.
Suara tepuk tangan seketika menggema di kafe, sepertinya setiap hari mereka seperti itu, kafe juga akan ramai. Tanpa perlu repot-repot Adnan menyalakan radio atau menyetel spotify.

"Keren juga kita. Gausah jadi band udah banyak fans." Decak Aziel.

"Iyalah. Ganteng." Sombong Abril.

Plak

Adnan melempar gelas kopinya, "Gaya banget bedul. Kalo ganteng mah udah punya pacar." Cibirnya membuat Abril mendengus.

Elang menyalakan ponselnya, ia mengetik sesuatu disana. Dari tadi, selesai nya masalah outlet, langsung ke kafe, yang ia pikirkan hanya menjernihkan pikiran. Ia belum sama sekali memberi kabar kepada istrinya, pdahal sekarang langit sudah gelap.

ELeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang