55-Kejutan

89 0 0
                                    

Tiga hari sudah Elang pergi ke Bandung untuk menyelesaikan masalah outlet. Selama itu juga ia sudah menahan rindu kepada istrinya Lea. Tiap habis kerja, Elang selalu men video call gadis itu, seolah energinya bisa terisi lagi ketika melihat senyum dan mendengar suara riang gadis itu.

Hari ini akhirnya Elang bisa melepas rindunya, ia akan pulang ke Jakarta. Sekarang ia sedang berada di sebuah toko oleh-oleh, ia membeli pesanan milik Lea, katanya gadis itu mau oleh-oleh sombong dari Bandung. Dan disini lah Elang toko oleh-oleh sombong khas Bandung. Begitu banyak orang yang mengantri disana.

"Mba semua varian masing-masing tiga ya." Ujar Elang, bukan hanya untuk Lea, ia juga membeli beberapa untuk teman dan keluarga nya.

Pelayan itu tersenyum, "Baik mas." Dengan segera pelayan itu mengabulkan pesanan Elang.

"Ini ya mas, totalnya jadi lima ratus tujuh puluh lima." Imbuh pelayan tadi. Elang pun memberikan satu buah kartu atm untuk membayar.

"Terimakasih ya mba." Ujar Elang ramah, ia meraih satu kantong plastik besar yang ada diatas meja kasir.

"Silakan datang lagi." Sahut pelayan tak kalah ramah. Lelaki berbadan tinggi itu berjalan santai keluar toko.

Drt drt
drt
drt

Getaran ponselnya membuat Elang merogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih dari sana. Nama Adnan yang tertera disana membuat Elang menautkan alisnya bingung.
Dengan cepat ia menggeser tombol hijau.

"Halo Nan, ken-

"Dimana bego?! pulang lu anjir." Sembur Adnan memotong sapaan dari Elang.

Elang semakin menngerutkan dahinya, "Kenapa si? santai kali." Ujarnya bingung.

Disebrang, Adnan menghela napas gusar. "Lea masuk rumah sakit bangsat. Pulang lo anjing." Maki Adnan memberi perintah.

Deg

"Lea? rumah sakit mana?." Beo Elang panik.

"Permata Hijau."

"Gue kesana sekarang, makasih Nan." Final Elang. Lelaki itu segera memutuskan panggilan. Dengan langkah tergesa, Elang segera berjalan menuju mobil dan melajukannga dengan kecepatan penuh.

Tak peduli dengan jarak, tak peduli dengan waktu, yang Elang pikirkan hanyalah ia harus sampai secepatnya ke Jakarta. Mengapa tiba-tiba Lea bisa masuk rumah sakit, seperti nya kemarin gadis itu masih baik-baik saja. Pikirannya penuh dengan dugaan dugaan negatif.

"Le jangan kaya gini dong. Argh! Bangsat!." Umpat Elang, lelaki itu memukul stir mobil.

Tin tin

"Minggir bangsat. Jalanan lega." Maki Elang pada mobil di depannya. Elang menggeber mobil nya, melajukannya sangat cepat dijalan tol.

Jarak tempuh yang biasanya bisa sampai tiga jam, kini hanya Elang lewati dalam satu setengah jam. Mobil hitam itu sudah masuk wilayah jakarta, dan segera melaju lagi ke rumah sakit yang sudah diberitau oleh temannya tadi.

Rumah Sakit Permata Hijau

Tulisan itu tertera jelas diatas gedung rumah sakit, Elang memarkirkan mobilnya di parkiran terdepan, dan segera berlari masuk. Dengan napas yang tersengal-sengal, Elang memencet tombol lift berkali-kali.

Ting

Pintu lift terbuka, Elang segera masuk dan menuju lantai lima. Peluh membasahi wajah dan tenguk lelaki itu, namun Elang tak peduli, ia terus berlari menyusuri lorong rumah sakit.

Langkahnya terhenti ketika melihat mamah Lia dan oma diluar ruangan. Wajah kedua wanita paruh baya yang sulit diartikan itu membuat Elang kembali melangkah kakinya. Tanpa menunggu lagi, lelaki itu membuka pintu ruangan dan menerobos masuk.

ELeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang