33-Manja

104 3 0
                                    

Jangan lupa vote and komen😊
Hope you'll enjoy

******

Elang mengerjapkan matanya, tubuhnya sedikit menggigil dibawah tiupan ac. Ia semakin mengeratkan selimut ke badannya. Matanya mengedar mencari istrinya, memangnya jam berapa ini? Lelaki dengan rambut berantakan itu melirik jam di nakas, 8.45. Sudah jam segini rupanya.

Elang kembali meringkuk, "Le." Panggil Elang parau, suaranya serak.

Tidak ada jawaban, Elang butuh Lea sekarang. Lelaki itu memanggilnya lagi.

"Leaa." Masih dengan suara kecilnya, ia harap Lea datang ke kamar. Mengingat hari, sebenarnya bisa saja Lea pergi ke kampus, namun Elang tidak peduli, ia terus memanggil nama istrinya itu.

Ceklek

"Le?."

Lea, gadis yang sudah rapih dengan baju hariannya itu berjalan masuk kamar membawa nampan. Ketika mendengar tubuh Elang meringkuk seperti bayi, dan wajahnya pucat pasi, Lea buru-buru menghampiri lelaki itu.

Gadis berambut panjang itu duduk di tepi kasur, "El? kenapa? masih pusing iya?." Tanya Lea lembut, tangannya bergerak nenyentuh dahi Elang. Suhu tubuh Elang masih cukup tinggi rupanya.

Elang bergerak mengambil tangan Lea, digenggam erat lalu di bawa masuk ke selimut tangan lentik itu. Dijadikan sebagai guling kecil.

"Le pusing." Rengek Elang.

"Iya, El makan dulu ya? abis itu minum obat biar ngga pusing lagi. Yuk makan dulu, tadi Lea beliin bubur." Bujuk Lea.

Elang masih menutup matanya, tidak merespon apa-apa. Melihat itu Lea tersenyum kecil, dielus lagi pucuk kepala lelaki itu.

"El, makan ya? nanti ga sembuh-sembuh kalo ga makan." Bujuk gadis itu.

"Yuk bangun dulu, aku suapin sini." Ajak Lea sambil merangkul tubuh Elang agar terduduk.

Dengan lemas, Elang mendudukan dirinya. Namun lelaki itu malah memeluk tubuh Lea dari samping. Menyandarkan kepalanya pada bahu Lea seperti biasanya. Sepertinya bahu Lea menjadi tempat bersandar yang nyaman untuk Elang.

Lea tidak protes, gadis itu dengan sisa keleluasaannya mengambil mangkok bubur dan menyuapkan ke Elang.

"Aaa, makan ya." Titah Lea penuh kelembutan. Suaranya yang pelan, halus, membelai lembut telinga Elang.

Elang hanya bergerak membuka mulut. Tidak peduli Lea yang sedikit kesulitan saat menyuapinya karena ia peluk.

"Ko ngga ke kampus?." Tanya Elang di sela sela makannya.

Lea menaikkan alisnya, "Kalo aku ke kampus kamunya gimana? bisa emang makan sendiri?." Lea memutar pertanyaan.

Elang menggeleng cepat di atas bahu

"Aku tadi udah minta tolong ke Acha. Kamu sakit." Jelas Lea lagi.

"Terus kamunya?."

"Ya aku bilangnya izin urusan keluarga." 

Elang menerbitkan senyum kecilnya di sana. Mendengar kata urusan keluarga entah kenapa terdengar lucu. Sudah beberapa suapan bubur dari Lea, akhirnya bubur itu habis. Lea memberi Elang minum, membantunya agar tidak tersedak.

"Dah, abis ini minum obat. Aku ke dapur dulu naro ini ya." Izin Lea, gadis itu baru saja ingin melepas pelukan Elang. Namun lelaki itu malah mengeratkannya.

Mata Lea membulat, suhu tubuh Elang yang sedikit tinggi membuat Lea juga jadi merasa panas, dipeluk terus menerus seperti ini membuat wajahnya ikut merona.

ELeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang