Seorang lelaki tertidur disebuah kursi rumah sakit. Tangannya menggenggam satu tangan lentik yang diinfus, sepanjang malam ia memegang tangan itu. Sedangkan diatas kasur rumah sakit, terbaring seorang gadis dengan wajah yang terpasang alat bantu napas. Kini naapasnya sudah lebih teratur, wajahnya terlihat damai.
Perlahan Lea mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya ruangan yang menembus masuk ke retinanya. Gadis itu menengok kesamping, melihat ada Elang yang tertidur di sana sambil memegang tangannya. Lea tersenyum kecil, tangannya yang bebas bergerak pelan mengusap pucuk kepala Elang.
Merasakan adanya usapan, Elang perlahan terbangun dari tidurnya.
Lelaki itu terkejut sekaligus senang ketika melihat istrinya sudah siuman.Grap
Dengan cepat Elang memeluk istrinya erat, tangannya menekan kepala Lea ke dadanya. Kalimat syukur dan rasa lega tak henti lelaki itu rasakan.
"Jangan bikin aku khawatir sekali bisa ga sih? Aku panik banget semalem." Lirih Elang memohon.
Lea terdiam, ia membalas pelukan Elang lembut, "Maaf El." Sahutnya, hanya itu yang bisa ia katakan.
Cukup lama melepas rasa lega nya, akhirnya Elang mengurai pelukannya. Ditatap lekat gadis di depannya.
"Ada yang sakit hm? mau apa?." Tanya Elang beruntutan. Tubuh atletis itu duduk tegak, hilang sudah rasa lelah yang di rasanya.
Lea tersenyum dibalik alat bantu pernapasan nya, ia menggeleng lemas.
"Anak kita?." Tanya Lea serak.Elang ikut tersenyum kecil, lelaki itu mengangguk kecil. Dikecup hangat tangan Lea, "Ada sayang. Lagi di urus sama mamah sama omah."
"Mau liat." Pinta Lea.
"Sebentar ya." Ujar Elang.
Baru saja ia mau beranjak, pintu kamar terbuka. Menampilkan banyak orang yang masuk sekaligus, ada oma dan mamah Lia yang menggendong bayi ditangannya dengan hati-hati. Mata Lea membulat, gadis itu berusaha mendudukan dirinya dibantu Elang.
"Halo syang." Sapa mamah Lia ramah, wanita paruh baya itu berjalan mendekati kasur.
Tangan lentik Lea mencoba melepas alat bantu napasnya. Melihat itu, Elang membantu gadisnya, "Awas, pelan-pelan." Tegur Elang.
Mamah memberi gendongannya kepada Lea, "Nih sama bundanya ya." Ujar Lia kepada sang bayi.
Lea tersenyum haru ketika melihat bayinya, yang ia gendong adalah bayi laki-laki. Sedangkan yang perempuan omah kasih ke Elang. Banyak pasang mata yang menatap mereka ikut terharu, siapa lagi kalau bukan Acha dan kawannya Elang. Mereka ikut menunggu kesadaran Lea sambil melihat bayinya.
Elang menoleh ke arah Lea, lelaki itu tersenyum lebar sambil menimang-nimamg bayinya.
"Cantik sama ganteng ya, mirip aku." Cetus Elang senang.
Lea melirik datar, "Iyain aja."
Jawaban itu mampu membuat seisi ruangan tertawa."Jadi kasih nama siapa nih?." Tanya Abril antusias.
Lea dan Elang saling melirik, mereka tersenyum lebar. Mereka sudah memikirkan nama untuk anak mereka sebelum nya.
"Nathan Savalas Tarendra, Nala Arunika Tarendra." Ujar Elang dan Lea bersamaan dengan lantang.
Sepuluh pasang mata melebar, nama yang begitu indah. Senyum lebar terpajang jelas diwajah mereka semua.
"Aduh gemoynya. Nathan Nala yaa." Puji Acha gemas. Gadis berambut agak pirang itu berjalan ke samping Lea, memperhatikan lebih dekat bayinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELea
Teen FictionGenre : Fiksi remaja, romantis, remaja, perjodohan. Ini kisah tentang ketua BEM fakultas yang selalu mengejar ketua UKM dance. Elang Cakrawala Tarendra, ketua BEM fakultas yang sejak awal kuliah sudah mengincar satu gadis. Sifatnya yang galak jika...