Rei berbaring di sebuah kursi panjang, dengan mangkuk berisi buah-buahan di atas perut penyihir itu. Tangan Rei selalu bergerak mengambil lagi buah di dalam mangkuk.
"Jadi, Paman adalah salah satu tangan kanan Ayah?"
"Sebenarnya dia adalah seorang Duke. Tapi dia tidak begitu peduli dengan gelar, dia hanya membantu Kakaknya. Bisa dikatakan Cassiel adalah penasehat, kegilaan Kaillos biasanya akan diredakan oleh Cassiel agar tidak menimbulkan kekacauan."
Ariastella memakan suapan terakhir kue stroberi yang dia makan. "Ayah dan Paman sangat mirip."
"Mereka kembar, tentu saja mereka mirip."
"Tapi Paman lebih baik dari Ayah."
Rei menarik ujung bibirnya, anak kecil ini tidak tau jika dibandingkan mungkin Kaillos memang paling kelihatan kegilaanya, tapi Cassiel adalah tipe yang lembut tapi menusuk. Bahkan tidak segan-segan melakukan sesuatu jika ingin tujuannya tercapai. Kadang jika otak gila si bungsu itu sedang kambuh, bahkan akan lebih parah dari Kaillos. Dan tentu Kaillos akan mendukung itu, karena mereka sama gilanya.
"Rei."
"Hm."
Rei memakan buah anggur hijau yang agak asam, membuat raut wajahnya agak berubah tapi tetap melanjutkan makannya.
"Kau penyihir, tapi aku tidak pernah melihatmu menggunakan sihirmu."
Rei berdecak, mata kelam itu melirik Ariastella yang sedang memakan buah stroberi. "Kau bodoh?"
"Kenapa kau senang sekali mengataiku bodoh!" Ariastella melirik kesal. Mulut penyihir satu ini sangat-sangat lemas kalau berbicara.
"Karena kau memang bodoh." Rei berubah posisinya menjadi duduk. Dia bersandar pada sandaran kursi. "Kau kira siapa yang mengeluarkan semua racun itu? Austun? Dia mungkin tabib dan hebat dalam sihir, tapi yang mengeluarkan semua racun itu kau kira siapa?"
"Ayah?"
Rei menatap Ariastella datar. "Jangan bicara padaku."
"Hei, jangan begitu." Ariastella menatap tidak terima. "Aku mana tau kalau kau yang menyembuhkan aku."
"Ya, ya, ya. Aku memang orang jahat, tidak akan ada yang percaya kalau aku melakukan kebaikan."
Ariastella melempar buah anggur kearah Rei yang ditangkap dengan santai oleh penyihir itu. "Kau memang jahat!"
"Terimakasih atas pujiannya." Rei memakan anggur yang Ariastella lempar.
"Kalian berdua kelihatan akrab." Cassiel tersenyum dia duduk pada kursi disamping Ariastella. "Aku senang kalian dekat."
Rei mendengkus. "Apa wajahku kelihatan seperti anak kecil yang bisa akrab dengan anak kecil lain."
"Kau tidak sadar ya kalau kau sekarang seumuran dengan anak tujuh tahun?" Cassiel melirik Rei yang mendengkus kuat sebagai balasannya. "Ah, aku sudah menemukan orang yang cocok jadi pengasuhmu, mungkin besok atau lusa baru dia akan datang."
"Pengasuh?" Ariastella mengerutkan kening. Untuk apa pengasuh? Dia sudah cukup besar untuk mengurus dirinya sendiri, lagipula ada banyak pelayan di Istana ini, beberapa juga sering membantu Ariastella.
Cassiel meraih salah satu apel di milik Ariastella, memakan satu gigitan sebelum menjawab pertanyaan keponakannya. "Ya, kau masih membutuhkan pengasuh. Dan mungkin kau akan mulai belajar tentang tata krama kerajaan dan beberapa pengetahuan lain. Sebenarnya Kakak tidak begitu setuju kau harus mendapatkan pendidikan secepat ini, tapi para petinggi mengatakan kalau ini adalah hal penting. Karena tidak bisa membantah akhirnya aku ditugaskan mencari pengasuh dan beberapa guru untuk mengajarimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
Viễn tưởngThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...