Hari ulang tahun Ariastella tiba, gadis kecil itu masih menggeliat di atas tempat tidur, cahaya matahari sudah memasuki jendela kamar.
Ariastella menatap dua kasur kosong di sampingnya, sepertinya dia di biarkan tidur lebih lama. Karena biasanya dia pasti dibangunkan oleh Rene atau Shen sudah menbangunkannya. Mungkin karena ini hari ulang tahunnya, dia jadi boleh bangun siang.
Turun dari tempat tidur dengan boneka kesayangannya, Ariastella berjalan menuruni tangga.
"Dia datang."
"Siap-siap."
Ariastella mendengar suara itu, sepertinya dia akan diberikan kejutan. Ariastella tersenyum senang, pasti ada kue.
Berjalan turun dari tangga, Ariastella di kejutkan dengan semua yang tersenyum padanya di meja kecil yang terdapat kue ulang tahun.
"Selamat ulang tahun!"
Ariastella tersenyum lebar, senang atas apa yang terjadi. Ucapan dan kue ulang tahun.
"Terima kasih semua!" Ariastella tersenyum bahagia, dia berjalan mendekat ke meja saat tiba-tiba Suster Ester menjatuhkan kado yang akan di berikan pada Ariastella.
"Suster tidak apa-apa?" Toni yang berada paling dekat dengan Suster Ester menatap cemas Suster Ester.
"M-mata, m-mata itu.."
Semua orang, termasuk Pendeta yang hanya diam memperhatikan Ariastella yang Suster Ester tunjuk.
Rambut perak dengan segaris warna ungu di sebelah kiri, dan mata ungu permata.
"Keturunan Raja." Suara Shen membuat setiap orang yang ada semakin kaget.
"Apa? Aku kenapa?" Ariastella mulai menangis saat semua orang menatapnya dengan berbagai pandangan, membuat ia takut, bahkan berjalan mundur.
"Arisa."
Ariastella menghindar saat Rene ingin memeluknya, dia takut dengan tatapan para penghuni panti. Ariastella berlari, mendorong pintu dan keluar dari gereja.
Ariastella berlari, dia mendengar suara Pendeta dan Suster Ester yang memanggilnya, namun dia masih berlari.
Berlari, bahkan sampai memasuki hutan yang ada di sekitar desa. Ariastella terus berlari masuk, tidak peduli dengan sakit yang tiba-tiba ia rasakan di kakinya karena berlari tanpa alas kaki di hutan.
Langkah gadis itu perlahan berhenti, nafas Ariastella memburu. Dia menatap kakinya yang lecet dan terdapat beberapa luka serta lumpur.
"Aku takut." Ariastella memeluk boneka kesayangannya, dia berjongkok dengan boneka kesayangannya berada di pelukan. Air matanya mengalir begitu saja, kenapa mereka menatap Ariastella seperti itu? Tatapan kaget penasaran dan .. Takut.
Ariastella menghentikan tangisannya, dia berjalan lurus begitu saja. Tanpa arah, kepalanya menunduk lesu. Cahaya matahari masuk dari celah-celah dedaunan yang bergerak karena angin. Hutan ini terasa agak dingin di kulit Ariastella.
Bruk!
Dengan tubuh yang tanpa tenaga dan tubuh tubuh kecil yang tidak seimbang, Ariastella langsung terjatuh. Pohon yang sangat keras, dia menabrak pohon. Dia juga tidak memperhatikan jalan, dia hanya menunduk saja.
"Hei."
Tersentak, Ariastella menegang. Dia mendadak ketakutan, berarti yang dia tabrak tadi orang. Tapi bagaimana jika orang jahat yang ia tabrak?
Mengangkat kepalanya perlahan, Ariastella terpaku menatap orang yang berjongkok di depannya, sedangkan orang itu tampak terkejut.
Membuang muka, Ariastella tidak mau menatap orang itu saat tiba-tiba tatapan itu berubah kaget seperti para penghuni panti.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasíaThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...