25. Hadiah

5.3K 945 55
                                    

Acara puncak adalah dansa, tapi kedua orang yang menjadi poin penting acara ini malah tidak tertariknya. Padahal mereka adalah peran utama acara ini.

"Hei, aku belum mendapatkan hadiahku." Kursi yang diberikan untuk Ariastella duduk memang lumayan besar, bahkan lebih besar dari kedua kursi yang di pakai kedua bintang acara ini. Jadi Pamannya yang bosan karena melihat orang-orang yang sibuk sendiri akhirnya berpindah di samping Ariastella.

"Aku tidak bisa memberikan apa-apa. Paman lebih kaya dariku." Dia mungkin anak Raja tapi dia belum pernah menyentuh yang namanya uang sejak dia ada di dunia ini. Semua sudah siap sedia untuknya.

Cassiel tersenyum, dia menepuk pipinya. "Bagaimana?"

Ariastella menatap Pamannya aneh, dia melirik sekitar, para tamu tampak sibuk berbincang walau sesekali ada saja yang mencuri pandang ke arah mereka.

"Ayolah, ini hari ulang tahun Pamanmu ini. Berikan sesuatu yang istimewa." Cassiel tersenyum lebar, beberapa tamu menoleh saat sadar jika Grand Duke itu tersenyum.

Ariastella berdecak, dengan wajah datar dia akhirnya mendekatkan diri dan mencium pipi Pamannya.

Cassiel tersenyum semakin lebar, jika sekarang mereka bukan sedang di tengah acara mungkin dia sudah menghujani keponakannya itu dengan ciuman bahkan sampai Ariastella menangis dia akan tetap menciumi gadis itu.

"Hadiahmu akan Pamanmu ini berikan setelah acara." Cassiel memegang satu tangan Ariastella, senyuman tidak lepas dari wajah Pamannya itu.

Ariastella menghela nafas. "Hadiah apa lagi?"

"Kau akan tau nanti." Cassiel tersenyum. "Hei, berikan hadiah yang sama pada Ayahmu."

"Dia lebih kaya lagi dari Paman." Ariastella melirik sang Ayah yang tampak malas di kursinya.

"Cium saja pipinya."

Ariastella memberikan tatapan yang-benar-saja Ayahnya berbeda dengan Pamannya, jadi sepertinya memberikan ciuman di pipi sebagai hadiah bukan ide yang bagus.

"Tidak. Ayah akan marah."

Cassiel menggeleng. "Percaya pada Pamanmu ini. Ayolah, kau harus memberikan hadiah juga pada Ayahmu."

Berdecak, Ariastella turun dari kursi dia berjalan perlahan menuju sang Ayah, dia berbalik sekali ke arah Pamannya, sedikit tidak yakin dengan apa yang ia lakukan, tapi dia diberikan anggukan penuh kepercayaan.

Ariastella berdiri di depan sang Ayah. "Ayah."

Kaillos menatap Ariastella, dia tidak menyadari gadis itu muncul karena asik memperhatikan orang-orang yang berdansa. "Ada apa?"

Mengangkat kedua tangannya, Kaillos langsung mengerti apa maksud Ariastella. Kaillos mengangkat Ariastella duduk di pangkuannya.

Memberikan tatapan pada Pamannya, anggukan adalah jawaban yang diberikan.

Menghela nafas, Ariastella menarik lengan baju Kaillos membuat Ayahnya itu menoleh padanya.

"Kau perlu sesuatu?" Ariastella mengangguk. "Apa? Katakan saja."

Ariastella menggeleng. Dia menghela nafas panjang sebelum akhirnya mencium pipi Ayahnya. "Selamat ulang tahun, Ayah."

Musik pengiring dansa yang sedang berlangsung berhenti seketika, begitu juga dengan pandangan para tamu yang semua tertuju pada Kaisar dan Putri mereka.

Menatap sekitar kebingungan karena semua pasang mata mengarah padanya, Ariastella menatap Pamannya yang tersenyum geli. Dia tidak melakukan kesalahan, kan? Kenapa semua orang menatap kearahnya?

TAWS (2) - AriastellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang