Semua orang tampak kaget, bahkan Cassiel yang sejak tadi santai tampak terkejut.
"Apa? Bagaimana bisa?" Cassiel meraih kerah baju prajurit itu. "Sejak kapan?"
"Ka-kami tidak tau pastinya, saat sedang berpatroli dari kamar Tuan Putri terdapat kain. Dan terdapat bercak darah, kami belum bisa memastikan darah siapa itu."
"Darah?"
Cassiel melepaskan kerah baju prajurit itu, dia melirik sekitar. Cassiel diam sebentar sebelum matanya terbuka lebar, kaget.
Kaillos menatap adiknya. "Bagaimana?"
"Dia ada disini."
Kaillos menaikkan sebelah alisnya. Dia mengikuti arah pandangan Cassiel.
Ariastella yang berada di balik peti senjata menutup mulutnya, bagaimana bisa Pamannya tau dia ada disini.
Jantung Ariastella rasanya hampir lepas dari tempatnya, dia ketakutan sekarang. Setelah melihat kekejaman Ayahnya yang tidak berbelas kasihan, sekarang dia melihat Pamannya yang bisa-bisanya tau dimana dia berada.
"Arisa."
Jantung Ariastella seperti jatuh keperut saat mendengar suara Ayahnya, dia menutup matanya. Dia takut.
Dia yakin anak berambut putih itu pasti baru disiksa, dan mungkin oleh Ayahnya. Bagaimana pun Ayahnya bukan orang yang berbelas kasihan. Dan sekarang Ariastella.
Ayahnya pernah memberikan dia racun, bisa saja sekarang kepalanya terlepas dari badannya begitu Ayahnya tau dia melihat semua.
Sebuah pelukan hangat membuat mata Ariastella yang tertutup rapat terbuka, nafasnya yang sejak tadi memburu hingga dadanya sesak karena tidak bisa bernafas perlahan menjadi tenang.
"Maaf."
Air mata Ariastella jatuh, dia menangis. Sebagai anak kecil berumur enam tahun, melihat kejadian tadi tentu berdampak pada mentalnya. Walau belum masuk adegan klimaks, tapi hal tadi sudah bisa membuat mental anak kecil hancur.
Cassiel menghela nafas, dia meminta para penjaga untuk memasukkan kembali laki-laki yang sudah tidak sadarkan diri itu ke dalam penjara.
Kaillos membawa Ariastella kedalam gendongannya, gadis kecil itu masih gemetar. Tangan gadis kecil itu benar terluka.
"Hei, jangan menangis." Cassiel mengusap pipi Ariastella, air mata gadis kecil itu tidak berhenti. Cassiel menghela nafas. "Tanganmu terluka, kan?"
Ariastella diam, hei bahkan jiwa dewasanya masih tidak dapat menerima ini. Dia seperti terkena serangan mental yang kena tepat pada mentalnya. Kalau bisa dia mau pingsan sekarang.
Cassiel tersenyum, dia meraih tangan Ariastella yang terluka. Bahkan darah dari luka itu belum juga berhenti. Mata Cassiel berubah gelap, dia tidak suka keluarganya terluka, apalagi jika itu adalah keponakan kesayangannya.
Dengan sihir, Cassiel menyembuhkan luka Ariastella, menutup luka itu dengan sempurna.
"Selesai."
Ariastella menatap tangannya, luka itu benar-benar tertutup. Seperti tidak pernah ada luka disana. Rasa sakitnya juga hilang.
"Kita kembali." Kaillos menyandarkan Ariastella ke bahunya, gadis kecil itu diam saja.
Sebenarnya dia masih takut, tapi untuk sekarang dia memutuskan untuk diam saja dulu.
"Dia.. "
Kaillos berhenti, begitu juga Cassiel yang menegang tangan gadis kecil itu. "Kenapa?" Cassiel menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasiaThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...