Mata itu bergerak perlahan, suara yang masuk ke indra pendengarannya membuat atensinya tertuju pada asal suara.
"Dia bangun!"
Seorang gadis kecil dengan mata berwarna ungu yang indah, rambut silver dengan segaris ungu membuat ia sejenak menganalisis wajah gadis kecil itu.
"Hei, kau baik-baik saja?"
Ah, dia ingat. Gadis ini adalah orang yang sama yang dia temui di penjara bawah tanah. Gadis yang sama yang ia temui saat dia di bawa ke tempat gelap itu.
Seorang laki-laki dengan rambut merah menatapnya dengan tatapan datar, tampak seumuran dengannya.
Rambut putih itu sedikit berantakan, dia menggerakkan tubuhnya yang sudah tidak sesakit semalam. Tubuhnya terasa lebih segar bahkan. Dia bersandar pada sandaran ranjang. Menatap gadis kecil dan wajah datar dari laki-laki bermata kelam itu.
"Aku dimana?"
"Ini ruang kesehatan. Kau baik-baik saja?"
Ia mengangguk pelan. "Aku baik. Ah, terimakasih berkat kau aku baik-baik saja."
Ariastella tersenyum. "Sama-sama. Ini Rei, dia baik walaupun wajahnya seperti ini."
"Apa maksudnya itu?" Rei mendengkus.
Aura laki-laki berambut merah ini agak menyeramkan untuk seorang anak kecil. Tatapannya juga terlihat datar.
"Namaku Ariastella, tapi biasanya aku dipanggil Arisa. Salam kenal!" Gadis berambut perak itu meraih tangan anak berambut putih yang mengangguk kaku. "Namamu?"
"Ceilo."
"Salam kenal!" Ariastella tersenyum. "Berapa umurmu?"
"Delapan tahun."
"Dia lebih tua darimu." Ariastella terkekeh membuat Rei mendengkus.
"Umurku lebih dari seratus tahun, jangan samakan dengan umur badan kecil ini." Rei melipat kedua tangannya di depan dada. "Raja mengijinkan kau hidup, tapi kalau kau bertingkah macam-macam kau akan langsung di lenyapkan."
Ariastella memukul lengan Rei membuat penyihir itu mengaduh. "Dia baru saja bangun."
Rei duduk di pinggir ranjang di sebelah tempat tidur Ceilo. "Aku hanya mengatakan apa yang harus aku katakan."
Penyihir tidak punya perasaan dasar, bagaimanapun Ceilo anak berumur delapan tahun. Masih sangat kecil. Berbeda dengan mereka berdua, yang satunya memiliki jiwa berumur dua puluh tahun yang satu lagi berumur ratusan tahun tapi malah terjebak di dalam tubuh anak kecil. Itu akan sulit dipahami oleh anak sekecil Ceilo.
Ceilo terlihat ketakutan, Ariastella yang melihat itu memegang tangan Ceilo. "Jangan takut. Ayah tidak akan melakukan apa-apa."
"Ayah? Kau, anak Yang Mulia?" Ceilo tampak sangat kaget, dia kira kejadian tadi malam hanya halusinasinya karena itu dia kaget saat bangun dan menemukan kedua anak kecil yang menatapnya. "Maafkan saya Tuan Putri." Ceilo bergerak turun dari tempat tidur, dia bersujud hingga kepalanya sampai ke tanah di bawah kaki Ariastella.
Ariastella yang melihat itu segera menarik Ceilo agar berdiri, setidaknya jangan sampai menjatuhkan kepala di lantai hanya karena dia anak Raja.
"Kau temanku sekarang, jadi jangan lakukan itu lagi. Selama kau baik Ayah tidak akan melakukan apa-apa padamu. Ada aku."
Ceilo menatap mata ungu itu, mata serupa dengan milik sang Raja hanya terlihat lebih hangat dan teduh. "Ta-tapi aku bersalah."
Ariastella menggeleng. "Kau tidak salah!" Ariastella menepuk bahu Ceilo. "Kalau kau memang merasa bersalah, balas rasa bersalahmu dengan menjadi temanku, bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasíaThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...