Meremas kuat kertas yang ia temukan di dalam kemahnya, Kaillos tidak bisa tidak khawatir. Bagaimana bisa gadis itu menerobos keluar? Bahkan masuk ke dalam area berbahaya itu?
Sebuah surat di tinggalkan oleh Ariastella di atas meja Kaillos, isinya adalah sebuah kertas perjanjian dimana penyihir hitam telah menyerah dan akan menarik pasukan mereka kurang dari duapuluh empat jam. Selain kertas tersebut ada sebuah kertas lain.
Datanglah lima hari dari sekarang, Ayah. Jangan langsung datang sekarang, aku akan tangani dari dalam. Aku mohon kali ini tolong turuti apa yang aku minta.
Ini demi Ibu.
Arisa.
Dengan begitu pasukan mereka menyerang. Seketika pasukan musuh seakan menjadi lemah, itulah mengapa pasukan musuh mundur. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau.
"Baca ini."
Kaillos yang terduduk di kursinya dengan tangan meremas rambutnya menoleh pada Rei yang membawa sebuah kertas. Tampaknya Ariastella meninggalkan sesuatu pada Rei.
"Kenapa dia bertindak sendiri." Kaillos menghela nafas, rasanya kepalanya hampir pecah. "Bacakan saja, aku tidak mau membaca sekarang." Kaillos menolak, dia memilih menarik panjang nafasnya.
Rei meraih kembali kertas yang ia berikan pada Kaillos. Di dalam kemah itu hanya ada mereka berdua, di tengah riuh para pasukan yang berhasil menekan musuh tanpa korban jiwa keduanya berada dalam keheningan.
"Aku akan memberikan kutukan darah pada penyihir hitam." Baru kata-kata itu keluar dari mulut Rei, Kaillos langsung menatap ke arah Rei. "Mereka menginginkan darahku, jadi akan aku berikan sekaligus mengutuk mereka. Aku sudah melihat semua ini, saat aku pertama kali merasakan memiliki Mana saat di kuil aku sudah melihat semuanya. Ibu mendapatkan pandangan masa depan saat aku lahir, isinya semua orang penuh dengan darah. Rei, Ayah, Ceilo, Austun dan semua orang yang ada berada di dalam genangan darah. Bahkan aku juga berada di dalam genangan darah, tapi aku masih hidup. Tangan, kaki, leher dan bahkan tubuh Rei tidak pada tempatnya lagi, Rei bilang akan terus hidup karena berkat dari pohon Baik dan Buruk, tapi Rei tidak bergerak disana. Kepala Ayah yang tidak lagi menyatu dengan tubuhnya di bawa oleh wanita yang tidak bisa aku lihat wajahnya saat itu, tapi sekarang aku tau jika itu adalah Rosie. Masa depan itu terjadi karena aku lahir, itu takdir yang telah di gambarkan sejak awal. Ibuku meninggal karena pendarahan karena bersalin, bisa dikatakan aku alasan Ibuku meninggal. Lalu masa depan yang buruk itu malah memperjelas semua. Aku tidak berani mengatakan ini semua, terutama pada Ayah karena aku tau Ayah akan semakin hancur, Paman tidak akan suka itu juga. Demi tidak melihat akhir itu aku harus merubah sesuatu. Aku menulis ini pada Rei karena aku yakin Rei pasti mengerti, aku juga tidak sanggup bercerita pada Ayah. Ini keputusan yang aku buat dari diriku sendiri, aku hanya ingin setidaknya ada seseorang yang tau alasan mengapa aku melakukannya. Jadi, Rei tolong hargai keputusanku ini. Apapun yang aku lakukan dan apa yang terjadi tolong untuk tidak ikut campur di dalamnya, tolong katakan hal yang sama pada Ayah karena aku yakin Rei dapat menyakinkan Ayah. Terima kasih. Salam, Arisa."
Hening, namun diluar sangat ribut.
Bahu Kaillos semakin merosot turun. "Kenapa dia melakukan ini?"
Rei melipat kembali surat tersebut dan menyimpannya di dalam jubahnya. "Keputusasaan. Dia melihat semuanya hancur di depan matanya. Seseorang yang telah melihat itu pasti berusaha merubahnya."
"Apa yang harus kita lakukan?" Kaillos tidak bisa berpikir lagi. "Aku.. Tidak bisa berpikir sama sekali.. "
"Tenanglah, kau Kaisarnya disini. Kalau kau seperti ini bagaimana bawahanmu?" Rei menatap Kaillos yang menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan tangan memegang kedua sisi kepalanya. "Hargai keputusannya, itu yang dia katakan."
"Tidak mungkin aku diam saja seperti orang bodoh disini." Kaillos menggeleng. "Aku tidak bisa."
Rei menghela nafas. "Setidaknya jangan keluar dari sini dan melemparkan dirimu pada mereka. Kita tunggu saja. Bertahan hingga akhir juga adalah kemenangan."
Rei berjalan keluar dari kemah dan menemukan para prajurit yang sedang bersantai. Rei menatap keluar pelindung, pada Istana yang jauh disana. "Jangan terluka."
***
Sebuah kamar dengan lemari, rak buku dan jendela yang menghadap keluar. Sayangnya tidak ada apa-apa diluar jendela itu, hanya ada warna merah diluar sana, mirip seperti sebuah pelindung.
Sepertinya tidak ada jalan keluar. Ditambah lagi benar apa kata Rosie jika bangunan ini berubah-ubah. Ini hari kedua dia berada disini dan seharusnya yang ia lihat dari jendelanya bukan pepohonan tapi taman mawar.
Saat dia pertama kali diberikan kamar ini dia melihat ke arah jendela, dibawah sana yang dspat ia lihat adalah taman mawar. Pagi ini saat ia bangun yanh ia lihat adalah pepohonan, artinya letak kamar ini telah berubah, begitu juga tempat lain.
Dia diperlakukan dengan baik jika mengingat dia adalah musuh yang mengerahkan diri. Kamar ini sangat layak digunakan dan dia bahkan dapat makanan normal selama dua hari ini. Sayangnya, Ariastella tidak berniat menyentuh makanan itu.
Faktor mereka membutuhkan darah Ariastella adalah patokannya. Dia tidak akan disakiti karena orang-orang itu butuh darahnya.
Ariastella tau sesuatu.
Akan ada sebuah upacara. Bukan upacara bendera atau upacara kenegaraan, itu adalah upcara untuk Ariastella. Mereka tampaknya sangat menyukai Ariastella.
Upacara penyerahan darah.
Jika ia tidak salah baca itu merupakan upacara yang dilakukan saat para penyihir hitam menemukan darah yang berharga. Biasanya mereka akan meminum darah orang yang memiliki kemampuan secara pribadi, seperti misalnya penyihir hitam A menemukan orang yang cukup kuat dan meminum darahnya. Karena kekuatan yang ditingkatkan tidak terlalu besar.
Upacara ini akan berbeda. Semakin berharga darah tersebut maka mereka akan melakukan upacara. Singkatnya, lelang.
Upacara disini mirip dengan sebuah lelang. Semakin berharga orang itu maka semakin tinggi tawarannya. Di lelang ini mereka mempertaruhkan darah manusia.
"Mengerikan." Ariastella bergindik, bulu romanya berdiri saat membayangkan ia akan di perjuak belikan seperti ikan.
Para penyihir hitam sangat menyukai upacara karena mereka dapat mendapatkan kualitas terbaik. Perbedaan lelang ini dari pada umumnya adalah semua yang menawar harga akan dapat barang yang mereka mau, namun dengan beberapa ketentuan.
Jika ada sepuluh penawaran maka ada sepuluh tingkatan harga yang telah ditawarkan, maka akan di bagi sepuluh. Mereka memiliki sebuah cawan emas, penawaran tertinggi akan mendapatkan cawan emas dengan ukuran paling besar, semakin turun peringkatnya maka akan semakin kecil ukurannya. Hingga pada tingkat terakhir.
Rasanya sangat tidak masuk akal dan menjijikkan. Ini bisa jadi sebuah kesempatan, hanya orang-orang yang memiliki harta tentunya yang bisa membeli itu, maka dengan itu dia bisa memberikan kutukan pada orang-orang penting. Itu bisa menjadi sesuatu yang baik untuk rencana Ariastella, walau sepertinya Ariastella akan sekarat saat upacara itu selesai. Ia yakin tidak akan dibunuh begitu saja.
. . .
28 Juli 2024Tandai typo kalau ada ya
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantasyThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...