Seperti apa yang dikatakan sang Raja sebelum Ariastella tidur. Mereka akan sarapan lalu berkeliling taman.
Ia ingin mempelajari tentang Kerajaan dan negara tempat ia tinggal, karena dia sama sekali tidak tau apa-apa. Faktor dia baru berumur enam tahun juga menjadi salah satu yang membuat ia tidak bisa bertindak untuk banyak hal.
Gaun biru serta pita di rambutnya yang berwarna serupa menjadi pelengkap pakaian Ariastella. Andai dia tidak lupa membawa boneka kesayangannya. Dia ingin mengambil boneka itu, boneka kesayangannya yang sering hampir di buang karena bentuknya yang aneh dan keadaan yang rusak. Tapi Ariastella sangat menyukai boneka itu bahkan walau keadaan boneka itu bisa dikatakan tidak sebagus boneka lain. Sering kali boneka itu di sembunyikan agar Ariastella bisa lepas dari boneka itu tapi malah Ariastella tidak akan bisa tidur tanpa itu. Itu boneka kesayangannya yang menemaninya saat pertama kali di temukan, mungkin karena itu dia sangat menyayangi boneka itu.
Dengan sepatu berwarna putih, Ariastella berlari menuju Raja yang terlihat berjalan dengan beberapa orang di belakangnya.
"Ayah!" Ariastella memeluk kaki sang Ayah. Kaillos mengangkat Ariastella ke dalam gendongannya.
"Kau tampak semangat." Kaillos memerintahkan agar orang-orang yang mengikutinya pergi. Menyisakan seorang laki-laki berambut indigo yang berdiri agak jauh.
"Dia siapa?"
Kaillos melirik pengawal pribadinya yang berada tidak jauh dari lokasi mereka. "Pengawal."
Ariastella mengangguk, dia di turunkan dari gendongan sang Raja. Taman luas dengan berbagai macam bunga dan pepohonan rindang.
Jika saja seperti ini ada di panti, dia pasti akan selalu duduk di bawah pohon dan tidak perlu khawatir akan di ganggu oleh anak-anak nakal yang sering mengganggunya. Sekarang tidak akan ada yang mengganggunya lagi.
"Untuk Ayah!"
Mungkin jiwanya sudah tua, tapi rasanya semangat anak kecil yang membara dalam tubuhnya membuat ia begitu bersemangat. Padahal terlalu bersemangat membuat dia mudah kelelahan.
Kaillos menerima bunga yang Ariastella berikan. "Kau suka bunga?"
Ariastella mengangguk. "Cantik, aku suka."
"Baiklah, aku akan buat taman yang lebih besar lagi. Dan akan penuh dengan bunga." Kaillos mengusap rambut Ariastella.
"Benarkah?"
"Ya, itu hadiah selamat datang dariku." Kaillos tersenyum, itu juga jika masih bernafas. Ya, Kaillos memutuskan untuk tidak perlu berlama-lama membiarkan gadis kecil yang suatu hari nanti dapat menjadi ancaman. Dia tidak mau hidupnya yang telah lebih baik ini menjadi hancur hanya karena satu kesalahan.
"Terima kasih!"
Ariastella tersenyum, gadis kecil itu memegang tangan sang Raja dan mengajak sang Raja untuk berkeliling lagi.
***
Kaillos menjatuhkan tumbuhnya di atas tempat tidur, dia baru selesai membersihkan diri setelah menemani gadis kecil itu bermain.
Menatap langit-langit kamarnya, Kaillos tersenyum sinis mengingat aktifnya gadis kecil itu.
Berlari kesana kemari dan bermain, sangat bahagia. Gadis kecil itu sangat beruntung karena ia izinkan memanggilnya Ayah, karena tidak ada yang pernah mendapatkan kehormatan itu.
Bangkit dari ranjang, Kaillos berjalan menuju narkas di samping tempat tidurnya. Dia membuka laci kecil dengan kunci, lalu tersenyum saat menemukan sesuatu yang sangat ia sukai.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantastikThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...