Acara ulang tahun Raja dan Duke Bugenvillie menjadi hal yang dibicarakan orang-orang sejak kemarin. Dan hari ini menjadi puncaknya, dimana orang-orang penting di undang ke Istana Ratu yang telah di sulap menjadi tempat acara akan berlangsung.
"Yang ulang tahun bukan aku, kenapa aku yang dapat hadiah?"
Ariastella menatap tumpukan hadiah yang bahkan dia tidak tau kenapa dia juga dapat. Semua hadiah yang katanya datang bersamaan dengan hadiah untuk Raja dan Pamannya. Ini gila.
"Kau anak Raja." Rei yang sedang memakan apel menyahut, penyihir itu tampak rapi dengan pakaian ksatria rapi yang wajib digunakan saat ada acara kerajaan. Penyihir itu bahkan mendapatkan pita emas yang di pasang pada selempang yang di pakai penyihir itu, tanda jika dia salah satu orang penting kerajaan.
Ariastella berdecak. "Tidak ada alasan lain? Setiap aku mendapatkan hadiah pasti selalu itu jawabannya." Ariastella menghela nafas, dia duduk di kursi.
"I-itu artinya mereka menyayangi Putri, karena itu mereka memberikan hadiah pada Putri." Ceilo yang telah resmi dijadikan murid oleh Rei sekaligus teman bermain Ariastella, memberikan pendapatnya. Anak ini terlalu polos. Sebenarnya Ceilo adalah gambaran anak kecil yang sebenarnya, bukan seperti Ariastella dan Rei yang merupakan anak kecil jadi-jadian.
Ariastella mengangguk. "Baiklah, karena Ceilo yang mengatakannya aku percaya."
Ceilo tersenyum. Ariastella ikut tersenyum, anak ini sangat mengemaskan. Wajahnya selalu kelihatan penasaran dan terlihat takut-takut membuat Ariastella merasa harus melindungi anak ini. Padahal umur Ceilo seumuran dengan Rei. Ceilo tampak rapi dengan pakaian kesatria rapi yang dipakainya, warnanya berbeda dengan yang dipakai Rei.
Gaun berwarna putih bercampur ungu serta sedikit warna biru adalah gaun yang dipakai Ariastella, gaun yang di pilih langsung oleh Pamannya sedangkan Ayahnya setuju saja.
Awalnya dia akan pakai mahkota yang diberikan saat hari pengangkatan, tapi karena kejadian kemarin dimana Ariastella yang kelelahan karena menjaga mahkota itu agar tidak jatuh, jadilah dia hanya memakai hiasan rambut dari berbagai permata yang tidak begitu mengganggu pergerakannya.
Rei mendengkus. "Dunia tidak semudah itu anak kecil." Penyihir itu berjalan mendekat. Ketiganya berada di ballroom Istana Utama, menunggu Raja dan Adiknya yang memiliki sedikit pekerjaan, padahal jelas-jelas ini sudah hampir jam acara berlangsung. Tapi Rei bilang karena kedua orang itu yang memiliki acara jadi terserah mereka mau datang kapan.
Ceilo menatap Rei lalu menunduk, membuat Ariastella memukul lengan Rei yang menatap Ariastella galak. "Dia masih anak kecil jangan begitu."
"Kau juga masih anak kecil asal kau tau." Rei mendengkus. "Sejak dia datang kau semakin jahat padaku sekarang, ya?"
"Kau menyebalkan sedangkan Ceilo baik." Ariastella melipat kedua tangannya di depan dada.
Cailo yang melihat itu bingung harus melakukan apa, di satu sisi Rei adalah gurunya di sisi lain Ariastella adalah Putri dan orang yang menyelamatkannya.
"Kalian semakin akrab."
Ariastella menoleh, dia menatap bingungan dua orang yang berjalan masuk ke ballroom Istana. Ariastella mengerjap beberapa kali.
"Dia kebingungan." Rei terkekeh. "Kalian kelihatan mirip."
Rambut yang biasanya jadi penanda perbedaan antara Ayah dan Pamannya tidak ada. Rambut keduanya tampak sama pendeknya dan parahnya keduanya memakai pakaian yang hampir mirip hanya berbeda model.
"Ayah?" Ariastella menatap bergantian, dua laki-laki ini tidak bisa dibedakan. Ariastella akhirnya memeluk laki-laki yang disebelah kiri begitu melihat anting di telinga laki-laki sebelah kanan. Ayahnya tidak memakai anting.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (2) - Ariastella
FantastikThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...