48.

1K 141 4
                                    

Tidak terduga, namun sudah terencana dengan matang. Perang akhirnya pecah, ditandai dengan sebuah desa yang jaraknya hanya sekitar satu jam dari Ibu Kota, desa itu telah rata dengan tanah dan pesan dari pemimpin penyihir hitam telah sampai di tangan Kaisar.

"Berlindunglah, Arisa." Kaillos dengan pakaian perang lengkap menatap Ariastella yang bersama Tigera. "Ini demi kebaikanmu."

Ariastella tersenyum. "Baik Ayah."

Untuk sementara Ariastella akan menurut, selagi dia mempersiapkan semuanya. Ariastella akhirnya pergi dengan Loria ke tempat perlindungan yang berada di bawah tanah, itu tempat paling aman saat ini.

Ceilo yang sebenarnya membocorkan tentang perang ini pada Ariastella. Ceilo kini berada di barisan depan bersama Kaisar dan kepala penyihir kerajaan yang kini memimpin penyihir menara juga.

Keadaan istana terasa mencekam, namun semua ini memang cepat atau lambat akan tetap terjadi.

Ariastella melirik Rei yang berdiri di samping Kaisar, tampak berbeda dari biasanya. Sorot mata yang terlihat tajam dan bahkan tidak menoleh ke kanan dan kiri sama sekali. Rei bahkan berperang dengan dirnya sendiri untuk ini.

"Semoga semua kembali dengan aman." Ariastella memberikan sebuah sapu tangan yang telah ia sulam pada Ayahnya. "Perang ini akan selesai."

Kaillos mengangguk pelan, dia mengusap kepala Ariastella. "Pergilah, Arisa."

Ariastella tersenyum sebelum akhirnya pergi dari aula yang telah di penuhi oleh penyihir dan ksatria yang akan berperang.

Loria membawa Ariastella ke sebuah pintu yang mengarah pada tangga yang berjumlah sangat banyak.

"Seberapa dalam tempat itu?" Ariastella berjalan dengan Tigera yang membawa beberapa barang di tubuhnya, itu barang-barang yang akan berguna nantinya.

"Beberapa puluh meter di bawah tanah." Loria membalas.

Tangga-tangga ini memiliki pintu di beberapa sisinya, yang artinya ada ruang di tiap kedalamannya. Namun tujuan mereka sepertinya lebih dalam lagi.

Semakin turun tangga yang mereka pijak semakin kecil, hingga kaki Ariastella mencapai dasar yang di maksud.

"Masih ada oksigen disini."

"Atas bantuan batu sihir kita bisa bernapas dengan baik di kedalaman ini." Loria membuka sebuah pintu yang bahkan tidak terlihat di mata Ariastella, walau penerangan dari batu sihir membuat mereka bisa melihat semua jalan.

Sebuah ruangan, luasnya sebesar kamar Ariastella. Ada dapur, tempat tidur dan kamar mandi. Hanya itu.

"Mungkin tidak akan nyaman, tapi ini demi keselamatan Yang Mulia."

Ariastella tersenyum.

***

Kaillos naik ke atas kudanya, dia menatap bangunan Istana sebelum berjalan masuk ke dalam portal yang akan membawa mereka semua ke desa yang menjadi pusat perang tersebut.

Benar-benar rata dengan tanah.

Semua rumah terlihat hancur menjadi puing-puing, seakan mendapatkan angin yang datang tiba-tiba dan meratakan semua.

"Apa ada tanda-tanda mereka?" Kaillos bergerak mendekat pada Rei yang membuat pelindung di sekitar kemah yang akan mereka tinggali sementara waktu selama perang.

Rei menoleh, dia menggeleng pelan. "Tidak, tapi mereka ada disini."

Mata Kaillos menatap ke antara pepohonan yang ada di seberang. "Ini harus di selesaikan."

TAWS (2) - AriastellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang